Sentimen Campur Aduk, Harga Minyak Mentah Galau
Munculnya varian baru virus corona di Inggris membuat harga minyak tertekan kemarin. Hari ini Selasa (22/12/2020), harga kontrak berjangka minyak mentah bergerak tak seirama.
Kontrak futures Brent mengalami penurunan sebesar 0,24% ke US$ 50,79/barel sedangkan kontrak West Texas Intermediate (WTI) justru naik 0,17% ke US$ 47,82/barel pada 08.50 WIB.
Varian baru virus corona yang menyebar di Inggris tersebut telah diasosiasikan dengan kenaikan kasus harian sebesar 50% dalam dua pekan terakhir. Varian yang diberi nama B.1.1.7 tersebut mulai banyak ditemukan di Inggris.
Perdana Menteri Borish Johnson pun akhirnya memilih untuk mengetatkan lockdown yang berimbas pada penurunan mobilitas dan dropnya permintaan bahan bakar. Melihat kondisi di Inggris yang mengkhawatirkan banyak negara-negara lain terutama di Eropa yang membatasi mobilitasnya ke Inggris.
Menurut Edward Moya analis dari OANDA, adanya larangan bepergian ini akan membuat organisasi negara eksportir minyak dan koleganya (OPEC+) mengalami tantangan besar mengingat mereka berencana untuk meningkatkan output sebesar 500 ribu barel per hari (bph) mulai Januari tahun depan.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa varian baru berdampak pada harga minyak. Ia menambahkan, pemulihan pasar minyak global bakal lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya dan bisa memakan waktu dua hingga tiga tahun.
Namun di tengah merebaknya sentimen negatif, terselip kabar yang juga positif. Pertama adalah adanya kesepakatan antara para pemimpin kongres AS untuk paket bantuan pandemi senilai US$ 900 miliar.
Kabar lain yang juga positif adalah persetujuan Eropa untuk penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh perusahaan AS Pfizer. Inc dan mitranya dari Jerman BioNTech. Dua kabar positif ini setidaknya membantu menahan harga si emas hitam tak longsor lebih dalam.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com