Ada Strain Virus Corona Baru di Inggris, Harga Minyak Jatuh
Memasuki awal pekan ini harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah yang aktif ditransaksikan mengalami koreksi tajam. Tak tanggung-tanggung harga si emas hitam drop 3% lebih pada perdagangan pagi hari ini, Senin (21/12/2020).
Harga kontrak futures Brent turun 3,37% ke level US$ 50,53/barel dan harga kontrak futures West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 3,24% ke level US$ 47,51/barel pada 08.50 WIB. Harga minyak ambles dari level tertingginya sejak bulan Maret.
Sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga minyak masih belum berpaling dari perkembangan wabah Covid-19. Saat ini pandemi belum benar-benar bisa dijinakkan, meski program vaksinasi darurat sudah mulai digalakkan.
Serangan gelombang kedua Covid-19 di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat (AS) membuat banyak negara-negara tersebut yang kembali menerapkan lockdown ketat. Penguncian aktivitas ekonomi ini berakibat pada rendahnya mobilitas dan anjloknya permintaan terhadap bahan bakar.
Pasar semakin cemas dibuat ketika beredar kabar bahwa saat ini Inggris menemukan suatu strain virus Corona baru yang merebak di negara tersebut. Reuters melaporkan varian baru ini 70% jauh lebih menular dari tipe varian awal.
“Sebuah varian baru dari virus korona di Inggris dan pembatasan perjalanan yang lebih ketat di Eropa memicu kekhawatiran atas pemulihan ekonomi yang lebih lambat, mendorong investor untuk melepas posisi beli,” kata Kazuhiko Saito, kepala analis di pialang komoditas Fujitomi Co.
“Pasar minyak berada dalam tren bullish dalam sebulan terakhir ini dan mengabaikan faktor-faktor negatif, di tengah optimisme bahwa peluncuran vaksin yang semakin meluas akan menghidupkan kembali pertumbuhan global, tetapi ekspektasi cerah investor untuk 2021 tiba-tiba menghilang,” kata Saito.
Menambah tekanan di pasar, jumlah rig minyak dan gas yang digunakan sebagai indikator awal produksi di masa depan bertambah 8 menjadi 346 dalam seminggu hingga 18 Desember. Ini merupakan jumlah rig tertinggi sejak Mei, kata Baker Hughes pada hari Jumat.
Kenaikan penggunaan rig terjadi karena produsen mulai berproduksi lagi seiring dengan tren kenaikan harga minyak mentah yang diperdagangkan di atas US$ 45 per barel sejak akhir November.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Liputan6.com