Australia Sah Resesi! Dolarnya Malah Menguat ke Rp 10.425/AU$
Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (2/12/2020), padahal Negeri Kanguru sah mengalami resesi di kuartal III-2020.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini menguat 0,34% ke Rp 20.425,98/AU$ di pasar spot, melanjutkan kenaikan 0,4% kemarin.
Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 3,8% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, setelah mengalami kontraksi 6,3% pada tiga bulan sebelumnya.
Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB berkontraksi dalam 2 kuartal beruntun secara tahunan atau YoY. Sementara jika kontraksi terjadi secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), maka disebut sebagai resesi teknikal.
Nah, Australia sudah lepas dari resesi teknikal, sebab PDB secara kuartalan tumbuh 3,3% QoQ, jauh lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 2,6% QoQ. Dalam 2 kuartal sebelumnya, PDB Australia mengalami kontraksi 7% QoQ, dan 0,3% QoQ.
Kemarin, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga 0,1%.
Gubernur RBA, Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir. Ia optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.
“Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya,” kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.
“Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal,” katanya.
Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.
Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.
Gubernur Lowe mengatakan stimulus fiskal dan moneter masih diperlukan mengingat pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih lemah.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia