Lonjakan Kasus Corona Tekan Harga Minyak Dunia
Harga minyak turun pada perdagangan Kamis (19/11), waktu Amerika Serikat (AS). Sentimen positif dari progres vaksin corona tak mampu membendung tekanan dari lonjakan kasus covid-19 global. Pelaku pasar khawatir menanjaknya kasus virus corona menekan prospek permintaan.
Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari berkurang 14 sen menjadi US$44,20 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember turun delapan sen menjadi US$41,74 dolar AS.
Harga Brent contango berada di titik terendah dalam lebih dari empat bulan dan menandakan pasokan berlebih. Sebelumnya, contango merupakan situasi dimana harga kontrak berjangka lebih tinggi daripada harga spot yang diperkirakan pada saat jatuh tempo.
Jumlah kasus kematian karena pandemi virus corona di AS melampaui 250 ribu. Hal itu memicu pembatasan yang lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus. Lonjakan kasus juga terjadi di Jepang dan Rusia melonjak.
“Covid jelas membebani pasar,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger di New York seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/11).
Khusus untuk minyak mentah, lanjut Yawger, ada risiko perang harga Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). “Saya pikir mereka akan mencapai kesepakatan, tetapi 24 jam yang lalu, sepertinya kesepakatan sudah selesai,” katanya.
Rencananya, OPEC dan sekutunya (OPEC+) membahas kebijakan pada pertemuan pada 30 November dan 1 Desember. Sumber mengatakan anggota OPEC+ cenderung menunda rencana untuk meningkatkan produksi pada Januari sebesar dua juta barel per hari (bph).
Menteri Energi UEA Suhail al-Mazrouei mengatakan negaranya selalu menjadi anggota OPEC yang berkomitmen dan telah menunjukkan komitmen ini melalui kepatuhannya pada perjanjian pengurangan pasokan minyak OPEC+ saat ini.
Komentar menteri itu sebagai tanggapan atas laporan media bahwa UEA telah mempertanyakan manfaat berada di OPEC dan bahkan mempertimbangkan apakah akan meninggalkan kelompok penghasil minyak tersebut.
Selanjutnya, berdasarkan data resmi pada Rabu (18/11), persediaan minyak mentah AS naik 768 ribu barel pekan lalu. Angka itu lebih kecil dari 1,7 juta barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters. Kemudian, stok sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun 5,2 juta barel, jauh lebih besar dari ekspektasi.
Sementara, National Oil Corporation (NOC) Libya dan Total Prancis membahas upaya NOC untuk meningkatkan kapasitas dan meningkatkan produksi.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Sindonews.com