Minyak Sudah Terbang 15% Lebih, Kini Tunggu Keputusan OPEC+
Harga kontrak futures minyak mentah cenderung berada pada tren naik sepanjang bulan November. Namun sejatinya kecemasan akan kelebihan pasokan masih membayangi dan bisa menekan harga emas hitam kapan saja.
Rabu (18/11/2020) harga kontrak minyak mentah yang aktif ditransaksikan terkoreksi. Pada 09.40 WIB, harga kontrak Brent drop 0,3% ke US$ 43,62/barel dan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) harganya turun 0,56% ke US$ 41,2/barel.
Secara month to date, harga kedua kontrak minyak tersebut telah naik dobel digit dengan Brent melesat 16,28% dan WTI terangkat 15%.
Kenaikan harga minyak dipicu oleh risk appetite investor dan trader yang membaik setelah Pfizer, BioNTech dan juga Moderna Inc mengumumkan bahwa kandidat vaksin yang mereka kembangkan punya keampuhan tinggi. Bahkan lebih dari 90%.
Pasar merespon positif berita gembira itu. Sejauh ini vaksin dinilai sebagai juru selamat yang digadang-gadang bakal mengembalikan kehidupan sosial seperti sedia kala sebelum pandemi terjadi.
Dengan adanya vaksin, kepercayaan masyarakat untuk keluar rumah bakal mendorong peningkatan mobilitas dan menggerakkan roda perekonomian sehingga kebutuhan bahan bakar ikut naik.
Faktor inilah yang membuat harga emas hitam itu terangkat signifikan sepanjang bulan ini. Namun kabar kurang mengenakkan setiap hari masih saja muncul. Terbaru asosiasi industri minyak AS (API) melaporkan stok minyak mentah Paman Sam itu naik 4,17 juta barel pekan lalu.
Angka yang dilaporkan API tersebut jauh lebih besar dari perkiraan pasar yang memprediksi stok hanya akan naik di angka 1,7 juta barel saja.
Menambah sentimen negatif ada lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang semakin meningkat setiap harinya. Lockdown pun semakin masif diterapkan di berbagai tempat. Kendati lockdown kali ini dinilai tak akan sebesar waktu awal pandemi, tetap saja membuat prospek pemulihan permintaan bahan bakar jadi semakin suram.
Peningkatan output minyak Libya juga semakin menjadi ancaman bagi pasar bahwa kelebihan pasokan yang banyak akan terjadi lagi dan membuat harga minyak anjlok signifikan.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) dikabarkan mengurungkan niatnya untuk menurunkan volume pemangkasan produksi dari 7,7 juta barel per hari (bph) menjadi 5,7 juta bph mulai Januari nanti.
Opsi yang saat ini banyak diminati adalah OPEC+ tetap mempertahankan volume pemangkasan produksi di level sekarang untuk tiga hingga enam bulan ke depan terhitung sejak awal tahun nanti.
Reuters melaporkan OPEC+ yang mengadakan pertemuan komite menteri pada hari Selasa tidak membuat rekomendasi resmi. Kelompok tersebut akan mengadakan pertemuan penuh pada 30 November – 1 Desember.
“Kurangnya rekomendasi memaksa pasar untuk menunggu episode berikutnya sebelum merasa nyaman lagi,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy. “Kita akan kelebihan pasokan selama beberapa bulan jika OPEC+ meningkatkan produksi mulai Januari.” tambahnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : News18 Hindi