Satgas Ajak Masyarakat Gotong Royong Kalahkan Pandemi

Gotong royong menjadi langkah baik untuk membantu berbagai kesulitan menjalani pandemi Covid-19. Nilai ini akan meringankan beban orang-orang terdampak, baik yang langsung maupun tidak langsung.

Anggota Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo menyebutkan, nilai gotong royong ini sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat. Mereka membantu sesama, baik yang terdampak langsung maupun tidak langsung.

“Di akar rumput mereka yang sakit kena Covid-19 tetangganya menyediakan makanan dan vitamin. Ketika mereka melakukan isolasi mandiri tidak dikucilkan, ingatlah gotong royong,” ucap dia dalam ‘Pandemi dalam Perspektif Agama’ di Media Center #SatgasCovid19 yang disiarkan melalui akun YouTube BNPB pada Jumat lalu (6/11).

Menurut dia berbagai adaptasi sikap dan perilaku harus dilakukan ketika menghadapi pandemi Covid-19, tidak hanya soal protokol kesehatan melainkan juga sikap yang lain. Protokol yang dia maksudkan adalah #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, dan #jagajarak hindari kerumunan.

Perubahan perilaku tersebut juga menyangkut solidaritas, keimanan, bahkan pola relasi. Perubahan ini tidak mempengaruhi jiwa kemanusiaan, yakni berbuat baik pada sesama. Gotong royong adalah salah satunya.

Menurut dia, sikap-sikap seperti ini makin memperkuat sikap optimis semua pihak dalam menjalani kehidupan di tengah pandemi.

Benny yang juga rohaniwan ini, mengatakan bahwa terkait keimanan, seluruh lembaga dan tokoh agama juga mendorong perubahan. Gereja sendiri menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi. Misa yang mereka selenggarakan memprioritaskan gelar secara virtual. Kalaupun ada misa tersebut dilakukan dengan berbagai pembatasan yang ketat.

“Protokol kesehatan dilakukan, jemaah dibatasi, dan bahkan waktu misa juga dipercepat,” ucap dia.

Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua Komisi Perempuan-Remaja dan Keluarga (PRK) MUI, Azizah. Menurut dia, dalam soal ibadah, Islam menekankan pelaksanaan ibadah tetapi ada pesan untuk mendahulukan menolak bahaya lebih daripada menarik manfaat.

“Artinya ibadah bisa dilakukan di rumah untuk menghindari bahaya ini,” ucapnya.

Hal ini kata dia bukan hanya untuk kepentingan satu orang saja. Namun juga orang-orang di sekelilingnya, termasuk keluarga, kerabat, hingga teman.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *