1.000 Polisi Akan Amankan Demo di Kedubes Prancis
Sebanyak 1.000 personel gabungan diterjunkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa oleh elemen masyarakat yang kembali digelar di depan Kedutaan Besar Prancis, Jakarta Pusat, Jumat (6/11) hari ini.
Sama seperti aksi sebelumnya, unjuk rasa ini berkaitan dengan pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang dianggap menghina Nabi Muhammad.
Kabag Ops Polres Jakpus AKBP Wiraga Dimas Tama mengatakan ada dua elemen masyarakat, yakni dari organisasi keagamaan dan mahasiswa.
“Kita turunkan 1.000 personel ya, itu gabungan dari Polda, TNI, Polres,” kata Wiraga saat dihubungi, Jumat (6/11).
Wiraga menuturkan rencananya aksi demo itu akan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Diprediksi ada sekitar 400 hingga 600 massa dari dua elemen itu yang mengikuti aksi demo.
“Nanti mereka mau salat Jumat dulu di situ, resminya tapi jam satu nanti, penyampaian aspirasinya nanti dimulai jam segitu ya,” ujarnya.
Untuk pengalihan arus lalu lintas di sekitar lokasi, kata Wiraga, masih bersifat situasional.
Lebih lanjut, Wiraga mengimbau kepada massa pedemo untuk tertib saat melakukan aksi penyampaian pendapat tersebut.
“Imbauan kita pasti meminta mereka tertib, tidak menganggu yang lain,” ucap Wiraga.
Mengenai pernyataannya yang mengusik umat Islam di dunia, Macron sendiri telah mencoba meluruskan. Dia mengatakan pernyataan itu merujuk pada kondisi di mana negaranya sedang memerangi “separatisme Islam, bukan Islam”.
Hal itu diungkapkan Macron untuk menanggapi sebuah artikel di Inggris.
Macron mengklaim Financial Times salah mengutip pernyataannya dan sejak itu, artikel tersebut telah dihapus dari situs surat kabar tersebut.
Pada Rabu lalu, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada editor surat kabar itu, Macron mengatakan surat kabar Inggris itu menuduhnya menstigmatisasi Muslim Prancis untuk tujuan pemilihan dan menumbuhkan iklim ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka.
“Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengklaim bahwa Prancis atau pemerintahnya, mendorong rasisme terhadap Muslim,” ujar Macron seperti dikutip dari AFP, Kamis (4/11).
Sebelumnya, sebuah artikel opini yang ditulis seorang koresponden Financial Times yang diterbitkan pada Selasa lalu menuduh kecaman Macron atas ‘separatisme Islam’ berisiko mendorong ‘lingkungan yang tidak bersahabat’ bagi Muslim Prancis.
Artikel itu kemudian dihapus dari situs web surat kabar itu dan diganti dengan pemberitahuan bahwa artikel itu “mengandung kesalahan faktual”.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : detikNews