Bank Sentral Jepang Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Bank of Japan (BoJ) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi untuk tahun fiskal ini. Tapi, bank sentral menawarkan pandangan lebih optimistis terhadap prospek pemulihan, menandakan pihaknya telah memberikan stimulus yang cukup untuk saat ini.
Seperti dilansir di Reuters, Kamis (29/10), BoJ memperingatkan, prospek masih dipenuhi ketidakpastian. Sebab, pandemi membebani belanja sektor jasa dan munculnya gelombang kedua penyebaran virus corona mengurangi prospek pemulihan global yang berkelanjutan.
Dalam laporan kuartalan tentang prospek ekonomi, BoJ memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun fiskal yang berakhir Maret 2021 ini akan mengalami kontraksi 5,5 persen. Pada Juli, BoJ memprediksi penurunan 4,7 persen. Revisi yang lebih dalam tersebut mencerminkan belanja jasa yang lesu selama musim panas.
BoJ juga menurunkan perkiraan harga konsumen inti tahun fiskal ini ke kontraksi 0,6 persen dari penurunan 0,5 persen yang diprediksi pada Juli.
Tapi, BoJ memperbaiki perkiraannya terhadap proyeksi ekonomi tahun depan. Bank sentral memproyeksikan, ekonomi tahun fiskal berikutnya akan tumbuh 3,6 persen, lebih baik dibandingkan perkiraan pada Juli, ekspansi 3,3 persen.
Laporan BoJ juga meningkatkan penilaiannya terhadap kinerja ekspor dan produktivitas dibandingkan Juli. “Perekonomian Jepang kemungkinan akan membaik sebagai tren dampak pandemi yang mulai mereda, meski laju pemulihannya moderat,” kata laporan itu.
Stimulus siap diperpanjang
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda menjelaskan, bank sentral siap memperpanjang batas waktu program respons krisis yang seharusnya berakhir pada Maret 2021. Khususnya dalam membantu perusahaan-perusahaan yang kesulitan. Bank sentral juga akan mengambil berbagai langkah pelonggaran moneter tambahan jika diperlukan.
“Kami akan memperpanjang batas waktu, jika kami anggap perlu dan sesuai. Ada juga banyak ruang untuk memperluas skala pelonggaran untuk tiap elemen dari program tanggap krisis kami,” tuturnya.
Seperti yang sudah diprediksi secara luas, BoJ mempertahankan kebijakan moneter secara stabil. Termasuk di antaranya, target 0,1 persen untuk suku bunga jangka pendek. BoJ juga berkomitmen mempertahankan suku bunga jangka panjang sekitar nol persen.
BoJ tidak membuat perubahan pada berbagai paket stimulus yang bertujuan untuk meredakan tekanan pembiayaan perusahaan. Paket ini diketahui sudah menjadi alat utama untuk menangani ekonomi yang dilanda pandemi.
Paket tersebut mencakup peningkatan pembelian hutang perusahaan dan fasilitas pinjaman baru yang ditujukan untuk menyalurkan uang ke perusahaan kecil melalui lembaga keuangan.
Kuroda menjelaskan, ketika dampak pandemi mereda, akan tiba saatnya perdebatan tentang bagaimana merangsang pertumbuhan dan mencapai target harga dua persen akan menjadi prioritas. “Tapi, untuk saat ini, paling penting adalah menanggapi langsung dampak Covid-19 melalui berbagai paket stimulus,” katanya.
Ekonomi Jepang telah mencapai titik terendah setelah mengalami kontraksi terdalam pasca perang pada April-Juni. Tren pemulihan mulai terlihat, berkat rebound pada ekspor dan produktivitas. Tapi, konsumsi dan belanja modal yang lemah kemungkinan akan menjaga pemulihan ekonomi tetap moderat, kata para analis.
Sementara Kuroda telah berulang kali memperpanjang waktu pemberian stimulus, para analis menilai ada satu tantangan besar bagi bank sentral. Kelangkaan amunisi kebijakan dan tekanan berkepanjangan terhadap lembaga keuangan akan membatasi ruang lingkup BoJ dalam menerapkan stimulus skala besar.
Kuroda mengatakan, BoJ akan terus mencermati risiko perbankan. Misalnya, kemungkinan penyusutan keuntungan lembaga keuangan yang dapat mencegah mereka dalam memberikan pinjaman ke dunia usaha dan masyarakat.
Sumber : republika.co.id
Gambar : Republika