Emas Mentok di US$ 1.900, Ada Ramalan Buruk dari World Bank
Logam mulia emas di arena pasar spot ditransaksikan cenderung flat hari ini, Rabu (28/10/2020). Harga logam kuning itu sedang konsolidasi di level psikologisnya US$ 1.900/troy ons.
Pada 09.00 WIB, harga emas tak beranjak dari level penutupannya kemarin di US$ 1.906,8/troy ons. Harga emas cenderung bolak-balik di level psikologisnya US$ 1.900/troy ons dipicu oleh beberapa faktor seperti agenda pemilu AS, lonjakan kasus infeksi Covid-19 hingga ketidakpastian soal stimulus di AS.
Sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik lebih dari 25%. Kebijakan fiskal ekspansif yang ditempuh pemerintah pusat dan dibarengi dengan kebijakan moneter ultra longgar bank sentral global membuat harga emas terkerek naik.
Ekspektasi inflasi yang tinggi membuat permintaan emas untuk lindung nilai dari devaluasi mata uang membumbung tinggi dan membuat harganya terbang. Namun sampai saat ini inflasi masih terbilang rendah.
Meskipun inflasi masih jinak dan bahkan ada tekanan disinflasi, banyak ekonom yang mengingatkan bahwa pasokan uang beredar yang sangat besar akan tetap mendongkrak inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang.
Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Dana Moneter Internasional mengatakan bahwa ada injeksi likuiditas sebesar US$ 12 triliun telah dipompa ke dalam ekonomi global. Data yang diterbitkan minggu lalu menunjukkan pos aset di neraca bank sentral AS, Federal Reserve mencapai rekor tertinggi baru di atas US$ 7 triliun.
“Orang-orang terus bertanya: ‘Di mana inflasi,” kata Thorsten Polleit, kepala ekonom di Degussa.
“Tapi Anda hanya perlu melihat pasar ekuitas, real estat, dan harga obligasi. Saat ini inflasi mempengaruhi pasar aset. Peningkatan jumlah uang yang telah dicetak di AS serta di kawasan Euro, cepat atau lambat, inflasi akan juga mendorong harga konsumen. ”
“Mungkin perlu beberapa saat untuk inflasi di pasar aset untuk muncul di harga konsumen, hal itu pada akhirnya akan terjadi,” tambah Polleit.
Permintaan fisik emas menurut laporan Refinitiv anjlok 562 ton atau 30% pada kuartal ketiga tahun ini dibanding tahun lalu. Resesi ekonomi global dan penurunan permintaan barang perhiasan mewah membuat permintaan emas fisik turun.
Namun permintaan emas untuk investasi justru melonjak dan membuat harga emas terkerek naik. Mengingat harga emas sudah reli kencang di tahun ini, Bank Dunia memperkirakan harga emas tak akan berlari lebih kencang di tahun depan.
“Emas diuntungkan dari statusnya sebagai aset safe-haven selama pandemi dan didukung oleh pelonggaran moneter lanjutan oleh bank sentral utama,” kata analis Bank Dunia. “Imbal hasil obligasi riil jangka panjang jatuh lebih jauh ke wilayah negatif dan dolar AS yang lebih lemah semakin mendukung harga.”
Lembaga keuangan yang bermarkas di Washington DC itu memproyeksikan harga emas tahun 2021 bakal stabil.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia