Dolar AS Beringas Bikin Harga Emas Lemas, Mentok Nih?
Penguatan nilai tukar dolar AS membuat harga emas tertekan. Setelah ditutup ambles pada perdagangan kemarin, harga emas hari ini Jumat (23/10/2020) cenderung flat.
Pada 09.15 WIB, harga logam mulia emas global di arena pasar spot mengalami kenaikan sangat tipis 0,04% ke US$ 1.904,61/troy ons. Di saat yang sama posisi indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang lain naik 0,06%.
Emas dan dolar AS bergerak berlawanan arah. Ketika dolar AS menguat, maka harga emas cenderung terkoreksi. Begitu juga sebaliknya. Penguatan dolar AS membuat harga logam kuning itu menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Harga emas sempat reli belakangan ini akibat indeks dolar yang tertekan. Optimisme stimulus bakal mencapai kesepakatan dan diumumkan sebelum perhelatan akbar pemilu AS dilaksanakan pada 3 November nanti.
Namun kini giliran kubu Partai Republik yang angkat suara dan keberatan soal nominal stimulus fiskal yang mencapai US$ 2 triliun. Menurut Republikan nominal tersebut terlalu besar dan memberatkan pemerintah di masa depan, terutama dengan utang yang semakin menggunung.
Jadi walau paket stimulus bisa lolos di House of Representatives (yang didominasi Demokrat), tetapi masih bisa terganjal di Senat (di mana Republik menjadi mayoritas). Situasi menjadi semakin tidak jelas.
“Sepertinya kita tidak akan ke mana-mana. Banyak bicara, tidak ada kerja,” ujar Richard Shelby, Ketua Komite Kelayakan Senat, seperti diberitakan Reuters.
Oleh karena itu, suara-suara pesimisme mulai terdengar di Gedung Putih. Lawrence ‘Larry’ Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mulai tidak yakin stimulus bisa diketok sebelum pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) 3 November mendatang.
“Masih ada perbedaan pandangan yang signifikan dalam hal kebijakan. Mungkin ini belum bisa dituntaskan sebelum 3 November,” kata Kudlow, seperti dikutip dari Reuters.
Ketidakjelasan seputar stimulus membuat dolar AS menguat dan menekan harga emas. Sepanjang tahun ini harga logam mulia emas ikut terdongkrak akibat banjir stimulus fiskal dan moneter.
Kebijakan moneter bank sentral terutama AS (the Fed) yang ultra longgar melalui suku bunga yang rendah serta injeksi likuiditas di pasar lewat quantitative easing membuat indeks dolar melorot dan imbal hasil aset safe haven lain yakni obligasi pemerintah AS jatuh ke teritori negatif.
Dengan begitu, biaya peluang memegang emas sebagai aset tak berimbal hasil pun menjadi rendah dan investor beralih ke logam mulia ini. Di sisi lain kebijakan fiskal ekspansif yang juga dilakukan pemerintah global membuat pasokan uang beredar bertambah.
Investor mulai memperhitungkan ancaman inflasi yang tinggi di masa depan. Emas yang merupakan aset lindung nilai terhadap devaluasi nilai tukar akibat inflasi pun mendapat berkahnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia