OPEC+ Jaga Komitmen & China Geber Impor, Harga Minyak Melesat
Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan menguat dalam dua hari perdagangan terakhir. Hari ini Kamis (15/10/2020) di jam perdagangan Asia, kedua kontrak minyak acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masih lanjut menguat.
Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka patokan internasional Brent naik 0,16% ke US$ 43,39/barel dan di saat yang sama harga minyak berjangka acuan Paman Sam yakni WTI terangkat 0,07% ke US$ 41,07/barel.
Jika dihitung sejak Selasa (13/10/2020), harga minyak berjangka Brent telah naik 3,8% dan untuk WTI mengalami apresiasi lebih tinggi sebesar 4,1%.
Ada berbagai faktor yang membuat harga minyak terangkat cukup signifikan belakangan ini baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Sentimen positif terbaru untuk harga emas hitam adalah stok minyak AS yang dilaporkan drop.
Asosiasi industri minyak AS (API) menyebut stok minyak mentah AS turun 5,4 juta barel pekan lalu. Persediaan minyak distilat di AS juga turun 3,9 juta barel minggu kemarin.
Penurunan persediaan minyak yang dilaporkan oleh API hampir dua kali lipat dari yang analis perkirakan dalam survei Reuters. Pelaku pasar kini menanti rilis data resmi dari pemerintah AS melalui EIA yang dijadwalkan nanti malam.
Kemudian dari Organisasi Negara Eksportir Minyak dan koleganya (OPEC+) juga dilaporkan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap kesepakatan pemangkasan minyak di bulan September. Tingkat kepatuhan anggota OPEC+ disebut mencapai 102% bulan lalu.
Dari sisi permintaan ada juga kabar yang membantu mendongkrak harga. Riset ANZ menunjukkan kenaikan tajam dalam impor minyak mentah China pada bulan September dan impor produk minyak India menjelang perayaan Diwali November nanti.
“Prospek di Asia bisa menjadi alasan aliansi OPEC+ tetap yakin pasar dapat menahan 2 juta barel per hari di pasar,” kata Riset ANZ dalam sebuah catatan, melansir Reuters.
Dalam laporan terbarunya, IEA mengatakan jika ekonomi rebound di tahun 2021 maka permintaan terhadap energi bisa pulih di dua tahun setelahnya. Namun jika pemulihan berjalan lebih lambat, permintaan minyak baru akan pulih di 2025.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Medcom.id