24 Ribu Pekerja Ritel Pakaian di Inggris Terancam PHK
Sebanyak 24 ribu pekerja di industri ritel pakaian di Inggris terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), setelah pemilik Edinburgh Woolen Mill ngos-ngosan untuk memperjuangkan bisnis warisan keluarga.
EWM Group, yang dimiliki oleh pengusaha ritel Philip Day, mengaku berencana menunjuk administrator untuk merestrukturisasi perusahaan dan mempertimbangkan menjual sebagian bisnis grup yang mempekerjakan 24 ribu orang.
“Kami telah mengajukan permohonan ke pengadilan hari ini untuk mendapat ruang bernafas singkat untuk menilai pilihan kami sebelum menunjuk administrator. Pasti, akan ada pemangkasan dan penutupan yang signifikan dalam prosesnya,” terang CEO Steve Simpson, dilansir CNN Business, Senin (12/10).
Diketahui, perusahaan Inggris yang menghadapi jurang kebangkrutan dapat menunjuk administrator untuk memberikan perlindungan terhadap kreditor.
Namun, itu berarti, manajemen menyerahkan kendali kepada administrator dan proses restrukturisasi dapat berakibat pada penutupan bisnis.
EWM Group sendiri merupakan pengecer yang terbaru mengajukan restrukturisasi di tengah tekanan bisnis akibat pandemi covid-19. Menurut manajemen, covid-19 telah menghancurkan penjualan pakaian dan mempercepat peralihan ke e-commerce yang sudah merugikan toko fisiknya beberapa waktu belakangan.
Sebelumnya, Marks & Spencer, TM Lewin, Harrods, pemilik Topshop Arcadia, dan jaringan apotek Walgreens, serta Boots, mengumumkan akan mem-PHK hingga 12.800 pekerja mereka.
Bahkan, Selfridges menyetop bisnis mereka dan mengumumkan PHK terhadap 450 pekerja mereka pada Juli lalu.
Gelombang penutupan bisnis dan PHK menyusul musim kedua virus corona yang menghantam mal dan jalan-jalan utama Inggris, serta memberi ketidakpastian terhadap bisnis ritel di wilayah setempat.
Sayangnya, EWM Group banyak beroperasi di utara Inggris, di mana pembatasan lebih ketat dibandingkan wilayah lainnya. Apalagi, pelanggan EWM kebanyakan orang-orang tua yang lebih banyak berlindung di dalam rumah.
“Setiap pengecer yang fokus mencari pelanggan dari orang tua untuk datang ke toko fisik akan berjuang bertahan hidup,” jelas Kepala Riset Ritel di Inggris Patrick O’Brien.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia