Bank Dunia Ramal Laju Ekonomi RI 2020 Minus hingga 2 Persen
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berisiko minus hingga 2 persen dalam skenario terburuk. Sementara, dalam skenario yang lebih optimis, laju ekonomi diperkirakan minus 1,6 persen.
Angka proyeksi tersebut semakin buruk seiring dengan masuknya RI ke fase resesi pada kuartal III 2020. Diketahui, Bank Dunia semula meramalkan ekonomi Indonesia bisa bertahan di kisaran nol persen.
“Pemulihan perekonomian, umumnya terkait dengan seberapa efisien penyakit (covid-19) diatasi dan bagaimana negara-negara yang terpapar mengatasi guncangan eksternal,” tulis Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Matto, dalam laporan bertajuk Ekonomi Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2020, dikutip Rabu (30/9).
Untuk tahun depan, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia mulai pulih dengan pertumbuhan 4,4 persen. Hanya saja, jika ekonomi Indonesia tahun ini minus 2 persen maka pertumbuhan Indonesia pada 2021 mendatang diramalkan hanya 3 persen.
Secara keseluruhan, Bank Dunia memprediksi kawasan Asia Timur dan Pasifik hanya tumbuh 0,9 persen pada 2020. China diprediksi tumbuh 2 persen didorong belanja pemerintah, ekspor, dan angka penularan baru yang rendah.
Sementara, negara lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik diproyeksi kontraksi sebesar 3,5 persen. Skenario terburuknya, angka kontraksi bisa tembus 4,8 persen.
Bank Dunia menyatakan prospek ekonomi negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik lebih baik pada 2021 mendatang. Untuk China, Bank Dunia memproyeksi tumbuh 7,9 persen dan 5,1 persen untuk negara lainnya di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Kendati demikian, output diproyeksikan tetap berada di bawah angka proyeksi sebelum pandemi selama dua tahun ke depan. Prospek tidak baik terjadi pada beberapa negara di Kepulauan Pasifik yang diprediksi tetap berada di 10 persen.
Dalam laporan yang sama, Bank Dunia (World Bank) juga memprediksi lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia makan lebih sedikit karena pendapatannya turun. Ini artinya jumlah orang miskin akan bertambah.
Jumlah rumah tangga yang kekurangan pangan sebenarnya turun dari posisi Mei atau awal Juni 2020 kemarin. Hanya saja, lebih dari seperempat rumah tangga dilaporkan masih kekurangan makanan.
“Kerawanan pangan dapat didorong oleh hilangnya pendapatannya,” jelas Matto.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia