Sabar! Emas Ambles Lagi, tapi Ada Tanda Bakal Naik Kok
Harga emas masih saja tertekan dan belum bangkit sepenuhnya. Dolar AS yang tetap bertengger di posisi tertingginya membuat harga logam kuning itu tertekan.
Pada 08.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,3% ke US$ 1.862,6/troy ons. Padahal semalam harga bullion ditutup dengan penguatan menyusul rilis data tenaga kerja AS yang tak apik.
Semalam data klaim tunjangan pengangguran AS naik menjadi 870 ribu dari sebelumnya 866 ribu dan lebih tinggi dari perkiraan yang memprediksi angkanya bakal turun ke 840 ribu.
Kabar kurang mengenakkan ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi masih penuh ketidakpastian seiring dengan perkembangan wabah virus corona yang kembali mengganas dengan lonjakan kasus di berbagai tempat termasuk AS.
Emas sebagai aset safe haven seharusnya mendapat berkah karena banyak investor yang berburu logam kuning itu guna mencari suaka dari risiko ketidakpastian global. Namun mandeknya diskusi kelanjutan stimulus Covid-19 di AS menjadi batu ganjalan.
Ada asumsi luas di pasar keuangan bahwa Kongres AS tidak akan memberikan stimulus ekonomi lebih lanjut setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, yang membebani emas, kata Jeffrey Christian, mitra pengelola CPM Group.
Reuters melaporkan Demokrat dan Republikan kini sedang menyiapkan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun untuk divoting minggu depan.
Di sepanjang 2020 harga emas sudah naik 22% sendiri akibat banjir stimulus fiskal maupun moneter yang membuat adanya ekspektasi inflasi yang tinggi. Namun belakangan kabar seputar stimulus ini masih belum jelas dan cenderung simpang siur.
Dari sisi moneter, The Fed berjanji akan menahan suku bunga rendah untuk waktu yang lama setidaknya sampai 2023 (lower for longer) dan akan melakukan berbagai tindakan yang diperlukan untuk mendongkrak perekonomian.
Meski belum jelas stimulus lain apa yang akan diberikan bank sentral paling berpengaruh di dunia itu, tetapi setidaknya pernyataan para bos the Fed itu mengindikasikan bahwa fundamental emas sebenarnya masih kuat.
“The Fed terus memberi tahu kami bahwa mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan hal-hal tidak terjadi secara buruk, dan itu tentu saja merupakan katalisator untuk berpikir bahwa akan ada lebih banyak akomodasi, yang menguatkan emas,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.
Bagaimanapun juga pandemi Covid-19 telah menyebabkan demand dan supply emas drop. Permintaan emas di paruh pertama tahun ini tercatat drop 6% ke 2.076 ton menurut World Gold Council.
Permintaan emas pada kuartal kedua turun 11% (yoy) menjadi 1.015,7 ton.
Pandemi Covid-19 sekali lagi menjadi faktor pemicu utama lemahnya permintaan konsumen di pasar emas pada Triwulan ke-2. Namun di saat yang sama, pandemi Covid-19 memberikan dukungan untuk investasi.
Respons global terhadap pandemi oleh bank sentral dan pemerintah, dalam bentuk penurunan suku bunga dan suntikan likuiditas besar-besaran, memicu rekor penambahan 734 ton emas ke dalam ETF (exchange traded fund), produk instrumen investasi reksa dana dengan underlying emas, yang bisa diperdagangkan. Peningkatan arus ini membantu mengangkat harga emas.
Total investasi emas batangan dan koin melemah tajam di kuartal kedua yang menyebabkan penurunan 17% (yoy) pada permintaan sepanjang semester I menjadi 396,7 ton.
Permintaan perhiasan pada 6 bulan pertama tahun ini juga merosot 46% (yoy) menjadi 572 ton karena adanya lockdown dan serta kondisi keuangan konsumen terhalang oleh harga tinggi dan tekanan pada penurunan pendapatan.
Faktor ini juga yang menjadi biang kerok penurunan permintaan emas yang digunakan dalam teknologi sebesar 13% menjadi 140 ton di semester pertama, karena permintaan pengguna akhir untuk elektronik juga runtuh.
Pembelian bank sentral pun terlihat melambat lagi di kuartal kedua jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sektor ini menambahkan 233 ton emas bersih di semester I.
Pasokan emas juga terkena dampak pandemi, turun 6% menjadi 2.192 ton karena produksi tambang dan daur ulang dipengaruhi oleh lockdown.
Namun ke depan, setidaknya untuk tahun 2021 harga emas diproyeksikan masih akan meningkat seiring dengan rendahnya suku bunga serta membaiknya daya beli masyarakat di tengah risiko geopolitik yang tinggi.
Eily Ong analis dari Singapore Bullion Market Association (SBMA) memperkirakan harga emas tahun depan bisa menyentuh ke level tertingginya di US$ 2.583./troy ons.
Artinya ada potensi kenaikan hingga 56% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun ini sampai dengan akhir Juli kemarin.
Tahun ini Eily Ong memperkirakan permintaan emas global turun menjadi 4.072 ton dari tahun lalu sebanyak 4.364 ton.
Namun di tahun depan permintaan emas untuk berbagai segmen diperkirakan masih bakal meningkat hampir di seluruh segmennya baik industri, perhiasan, emas batangan hingga koin dan pembelian oleh bank sentral.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar :Tribunnews.com