IHSG Sempat Drop, Airlangga: Pasar Modal Balik ke Jalur Hijau

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menilai pasar modal saat ini sudah kembali ke jalur hijau dengan level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di angka 5.000 lagi setelah sebelumnya ambles cukup dalam pada Kamis pekan lalu.

Dia mengatakan salah satu alasannya karena pasar sudah merespons positif sejumlah kebijakan pemerintah dalam menangani penyebaran Covid-19, termasuk juga penerapan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Pasar modal sudah rebound [dibandingkan dengan] negara-negara maju dan berkembang. Indonesia [indeks saham di Bursa Efek Indonesia] sudah kembali ke jalur 5.000,” katanya saat memberikan keynote speech atau pidato kunci dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing yang ditayangkan langsung CNBC Indonesia, Selasa (15/9/2020).

Pada perdagangan Kamis pekan lalu (10/9/2020), IHSG anjlok 5,01% ke level 4.891 pada akhir perdagangan.

Kendati pada perdagangan Jumat, IHSG mulai rebound dan ditutup naik 2,56% di posisi 5.016 dengan nilai transaksi Rp 14 triliun dengan catatan 299 saham naik, 158 saham turun, dan sisanya 119 stagnan.

Dalam sepekan lalu, IHSG minus 4,26% efek dari penurunan signifikan pada Kamis yang mencapai -5,00%. Tercatat investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) sepekan mencapai Rp 4,63 triliun, terbagi atas net sell di pasar reguler Rp 4,56 triliun dan Rp 65,94 miliar di pasar nego dan tunai.

Pada perdagangan Senin kemarin (14/9) saat PSBB diterapkan di Jakarta, IHSG mampu terbang 2,89% ke level 5.161,82. Tapi pada pukul 10.05 WIB, pagi ini, IHSG minus 0,59% dengan catatan jual bersih asing Rp 163 miliar di pasar reguler.

Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, kebijakan di DKI Jakarta berpengaruh dan dilihat pasar lantaran statusnya sebagai ibu kota dan menjadi lokasi tempat kantor-kantor pusat.

Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan saat ini pemerintah melihat tak hanya dari sisi pemerintah pusat, melainkan melihat agregat juga dari pemerintah daerah dan ini menjadi perhatian untuk menentukan kebijakan ke depan.

“DKI pertumbuhannya tertekan dalam -8,22%, Bali -10%, Jatim -5,9%, Jabar -5,8%, kemudian Jateng -5,94%, Sumut, Riau, Sulsel, dan Sumsel itu [tumbuh] di atas perekonomian nasional. Beberapa daerah ini ditopang oleh pertanian, perkebunan. Ini yang list berpengaruh oleh adanya pandemi ini dan ada resilience tinggi dan DKI seperti diketahui efeknya ke nasional besar,” tegasnya.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *