Masih Mau Beli Emas? Hati-hati, Dolar AS Sedang Perkasa
Harga emas menguat tipis pagi ini Kamis (3/9/2020) usai anjlok signifikan pada perdagangan kemarin akibat dolar AS yang rebound dari level terendahnya dalam dua tahun.
Pada 08.50 WIB, harga emas dunia di pasar spot mengalami apresiasi 0,15% ke US$ 1.945,6/troy ons. Di saat yang sama dolar AS juga sedikit terpeleset dengan koreksi 0,04%. Harga emas kemarin anjlok cukup dalam dengan koreksi 1,42% saat indeks dolar menguat 0,55%.
“Faktor utama adalah dolar yang menguat. (Emas) bergerak berlawanan arah dengan dolar hari ini” kata Edward Meir, seorang analis dari ED&F Man Capital Markets, sebagaimana diwartakan Reuters.
Harga emas juga tertekan akibat rilis data ekonomi yang membaik. Mengacu pada data ISM, angka PMI manufaktur bulan lalu berada di 56 juga lebih baik dari posisi Juli di angka 54,2.
Data ketenagakerjaan AS yang tidak sesuai ekspektasi juga tak mampu menahan harga emas dari koreksinya kemarin. ADP mengumumkan bahwa slip gaji pekerja swasta di AS bertambah 428.000 pada Agustus, atau jauh di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya yang berujung pada estimasi sebesar 1,17 juta.
Adanya perbaikan dan harapan bahwa ekonomi secara perlahan bangkit membuat investor lebih berani mengambil risiko dan minat terhadap aset-aset safe haven seperti emas menjadi terpengaruh.
Prospek emas jangka panjang memang masih dinilai positif lantaran berbagai faktor mulai dari tensi geopolitik AS-China yang tinggi, risiko dari persaingan pemilu Trump vs Biden, hingga neraca bank sentral yang menggelembung akibat kebijakan pelonggaran kuantitatif (QE) untuk injeksi likuiditas di pasar dan menurunkan borrowing cost.
Namun bukan berarti prospek emas yang positif itu akan mendorong harga emas reli tanpa henti dan koreksi. Sebagai aset yang juga ditransaksikan di pasar sehari-hari baik di pasar spot maupun pasar berjangka (futures), pergerakan harga emas sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Dalam kondisi harga emas yang sudah tinggi seperti sekarang ini ada beberapa faktor yang menjadi ancaman besar bagi logam kuning tersebut dan dapat memicu harganya drop signifikan. Kuncinya adalah risk appetite para investor.
Risk appetite yang membaik akan membuat emas ditinggalkan dan investor beralih ke aset-aset lain yang lebih berisiko seperti saham, mata uang hingga komoditas. Risk appetite ini tentunya dibentuk oleh kondisi fundamental makroekonomi serta sentimen yang berseliweran di pasar.
Faktor yang berpotensi besar menekan harga emas secara signifikan di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini adalah ditemukannya vaksin yang efektif serta aman. Ketika vaksin ditemukan, roda ekonomi dapat berputar lebih kencang.
Untuk jangka pendek, volatilitas harga emas akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan dolar, pedoman (guidance) kebijakan bank sentral ke depan hingga rilis data ekonomi terbaru.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia