Deflasi Beruntun Juli-Agustus, Sinyal RI Resesi Kian Nyata
Indonesia tercatat sudah mengalami deflasi selama dua kali pada tahun ini. Deflasi terjadi pada Agustus sebesar 0,05% dan Juli sebesar 0,10%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan deflasi terjadi menandakan daya beli masyarakat masih tertahan akibat dampak pandemi Covid-19. Hal ini terjadi di berbagai negara, tidak hanya Indonesia.
“Jadi saat ini inflasi di berbagai negara tunjukkan perlambatan dan mengarah deflasi karena Covid-19 menghantam [baik] demand side maupun supply side,” ujarnya dalam konferensi pers, dikutip Rabu (2/9/2020).
Sementara secara tahunan (year-on-year/YoY) terjadi inflasi 1,32% pada Agustus lalu. Ini menjadi yang terendah sejak Mei 2000.
Kemudian inflasi inti tercatat 2,03% YoY, menjadi yang terendah setidaknya sejak 2009.
“Daya beli masyarakat belum pulih karena pandemi Covid-19,” kata dia.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan deflasi menandakan masih lemahnya sisi permintaan. Oleh karena itu, beberapa jurus mendorong permintaan sudah disiapkan oleh pemerintah.
Dia menjelaskan, komponen permintaan yang berasal dari rumah tangga masyarakat melalui konsumsi. Permintaan juga berasal dari belanja pemerintah dan investasi. Keempat komponen itu, kata dia selalu dimonitor dan diakselerasi oleh pemerintah.
“Kita lihat komponen dari keempat ini, pemerintah sudah melakukan akselerasi belanjanya. Bulan Agustus ini kita perkirakan akan lebih baik, meski tingkatnya gak mungkin sebesar yang kita perkirakan. Yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah,” jelas Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (1/9/2020).
Meski mobilitas masyarakat sudah naik, namun kata Sri Mulyani belum diterjemahkan dalam belanja yang meningkat. Hal itu yang menurut dia sebagai suatu tantangan.
“Nah ini tantangan kita, kuncinya tetap Covid-19 harus ditangani. Sehingga masyarakat punya kesempatan, ruang, dan kegiatan untuk bisa melakukan kegiatan konsumsinya,” tuturnya.
Pada kuartal I-2020, PDB Indonesia memang masih tumbuh 2,97% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Namun ini adalah pencapaian terendah sejak 2001.
Pada kuartal berikutnya, Indonesia sudah tidak bisa menghindari kontraksi (pertumbuhan negatif). PDB pada periode April – Juni 2020 terkontraksi 5,32% YoY, terburuk sejak 1999.
Indonesia memang belum resmi masuk resesi, karena belum ada kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut. Penentuannya ada di kuartal III-2020, kalau minus lagi maka Indonesia resmi masuk resesi.
“Kuartal ketiga, yang kita masih punya waktu satu bulan yaitu Juli, Agustus, September. Di September ini kita masih ada kesempatan. Kalau kita masih berada pada posisi minus, artinya kita masuk resesi,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia