Sebentar ke US$ 2.000/Oz, Harga Emas Langsung Balik Kanan
Harga logam mulia emas pada perdagangan kemarin sempat menyentuh level US$ 2.000/troy ons. Namun pada pagi ini, Rabu (19/8/2020) harga logam kuning tersebut melorot.
Pada 09.15 WIB harga emas dunia di pasar spot melemah 0,39% ke US% 1.993,2/troy ons. Sejak terjun bebas pada pekan lalu harga emas sejatinya sudah bangkit meski belum menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah.
Meski indeks dolar masih terpuruk, harga bullion kali ini malah terkoreksi. Emas sedang konsolidasi di level US$ 2.000/troy ons. Hal ini disampaikan langsung oleh kepala strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen kepada Kitco News.
Meskipun ada alasan nyata mengapa harga emas mampu bertahan di atas US$ 2.000 seperti imbal hasil obligasi yang turun, dolar AS yang lebih lemah, pasar ekuitas yang dinilai terlalu tinggi, dan ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung, Hansen mengatakan bahwa harga logam kuning itu sedang konsolidasi.
“Kekhawatiran terbesar saya saat ini sebenarnya adalah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan itu jelas membuat saya khawatir, “ujarnya. “Saya melihat pasar berkonsolidasi, hanya untuk memungkinkan investor terbiasa dengan level baru yang lebih tinggi ini.”
Hansen menambahkan bahwa dia bukan satu-satunya yang khawatir bahwa pasar emas tampak sedikit berlebihan. Dia mencatat bahwa dalam survei baru-baru ini terhadap pelaku pasar ada 31% manajer investasi berpendapat bahwa emas sudah menyentuh level jenuh beli (overbought).
“Itu angka tertinggi, menurut saya, setidaknya hampir 10 tahun lalu,” katanya. “Jadi pengelola dana mulai sedikit khawatir tentang peningkatan level ini.”
Melihat harga emas yang sempat reli tak terbendung, BMO Capital Markets memberikan rating netral untuk logam mulia tersebut. “Saya akan tetap mempertahankan pandangan netral saya terhadap emas” kata Chief Investment Strategist BMO Capital Markets Brian Belski.
Sejauh ini kenaikan harga emas yang tak terbendung didukung oleh berbagai narasi seperti isu resesi global akibat pandemi Covid-19, tensi geopolitik tinggi yang membuat prospek menjadi semakin suram, imbal hasil riil yang sudah negatif hingga adanya ancaman inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang akibat banjir stimulus fiskal dan moneter.
Pada dasarnya sentimen tersebut juga memang belum berubah. Hanya saja harga emas memang sudah terlewat mengalami kenaikan yang tinggi. Secara year to date saja harga emas telah menguat 31,38%. Sehingga apabila terjadi koreksi adalah hal yang sangat wajar.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Pikiran Rakyat