Data BPS, Terjadi Deflasi 0,10 Persen karena Bawang Merah
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau deflasi sebesar 0,10 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juli 2020. Angka ini turun dibandingkan sebelumnya yakni inflasi sebesar 0,18 persen pada Juni 2020. Kondisi IHK juga lebih rendah dibanding Juli tahun sebelumnya yakni inflasi 0,31 persen
Sementara, secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) terjadi inflasi sebesar 0,98 persen. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) inflasi mencapai 1,54 persen pada Juli.
“Perkembangan harga komoditas di Juli 2020 secara umum menunjukkan penurunan, berdasarkan pemantauan BPS di 90 kota, terjadi deflasi sebesar 0,10 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin(3/8).
Suhariyanto mengatakan jika ditengok berdasarkan kelompok pengeluaran, maka sebanyak tiga kelompok mengalami deflasi, sedangkan lainnya mengalami inflasi.
Rinciannya, deflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar minus 73 persen, dengan andil minus 0,19 persen.
Suhariyanto mengatakan terjadi penurunan harga cukup tajam pada beberapa komoditas sehingga menyumbang deflasi. Meliputi, penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, dan bawang putih.
“Penuruan harga bawang merah dengan andil sebesar 0,11 persen, daging ayam ras andil kepada deflasi 0,04 persen, dan penurunan bawang putih dengan andil deflasi 0,03 persen,” katanya.
Selanjutnya, deflasi tertinggi juga berasal dari kelompok transportasi sebesar minus 0,17 persen, dengan andil minus 0,02 persen.
Deflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar minus 0,01 persen, dengan andil minus nol persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi. Rinciannya, inflasi kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen, dengan andil 0,01 persen.
Kemudian, inflasi kelompok perlengkapan peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,10 persen dengan andil 0,01 persen. Lebih lanjut, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,29 persen, dengan andil 0,01 persen.
Lalu, inflasi kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02 persen dengan andil nol persen.
Selanjutnya, inflasi kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,15 persen, dengan andil nol persen dan kelompok pendidikan 0,16 persen dengan andil nol persen.
Lalu, inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman sebesar 0,15 persen dengan andil 0,01 persen dan inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,93 persen dengan andil 0,06 persen
Berdasarkan komponennya, deflasi terjadi berkat sumbangan komponen bergejolak dengan deflasi minus 1,19 persen, dengan andil minus 0,20 persen.
Dalam komponen ini, komponen energi mengalami deflasi sebesar minus 0,02 persen, dengan andil nol persen. Sedangkan, komponen bahan makanan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 1,06 persen, dengan andil minus 0,19 persen.
Lalu, komponen harga diatur pemerintah (administered price) dengan deflasi minus 0,07 persen, dengan andil minus 0,01 persen. Sedangkan inflasi inti sebesar 0,16 persen, dengan andil 0,11 persen.
Berdasarkan wilayah, deflasi terjadi di 61 kota dari 90 kota IHK. Sementara 29 kota lainnya mengalami deflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar minus 1,09 persen dan terendah di Bogor , Bekasi Luwuk, dan Bulukumba sebesar minus 0,01 persen. Sedangkan inflasi tertinggi di Timika sebesar 1,45 persen dan terendah di Banyuwangi dan Jember 0,01 persen.
“Ini menunjukkan kita harus terus mendorong daya beli masyarakat,” katanya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : SuaraNTB