Awal Pekan, Harga Minyak Mentah Terkoreksi Tipis
Harga minyak mentah terkoreksi pada awal perdagangan pekan ini, Senin (27/7/2020). Masih merebaknya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) serta ketegangan antara Washington-Beijing jadi faktor pemicunya.
Pada 10.00 WIB, harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan terpeleset lebih dari 0,2%. Untuk Brent turun 0,37% ke US$ 43,18/barel. Di saat yang sama minyak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga terpangkas 0,22% ke US$ 41,22/barel.
Pandemi Covid-19 kini telah menyebabkan lebih dari 16 juta orang di dunia terinfeksi. Jumlah korban meninggal hampir menyentuh angka 650 ribu jiwa. Di sisi lain AS dan China saling berbalas tindakan dengan melakukan penutupan kantor konsulatnya masing-masing di Chengdu dan Houston.
Permintaan minyak mulai membaik pada kuartal kedua setelah terjun bebas di kuartal I akibat pembatasan mobilitas yang masif (lockdown). Membaiknya permintaan minyak membuat harganya ikut terdongkrak.
Dari sisi suplai, pemangkasan produksi negara-negara eksportir minyak dunia yang tergabung dalam OPEC+ juga ikut mendorong harga minyak mentah menguat.
Untuk saat ini investor masih mengamati dampak dari badai Hanna yang menghantam pantai Texas pada akhir pekan, yang memicu hujan lebat di Texas dan Meksiko. Produsen serta kilang minyak dan gas mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka tidak memperkirakan badai akan mempengaruhi operasi.
Namun, rebound harga minyak juga mendorong produsen top dunia untuk meningkatkan output dan ekspor lagi.
Data Baker Hughes menunjukkan, jumlah rig minyak AS naik minggu lalu naik untuk pertama kalinya sejak Maret. Ini menandai bahwa penurunan produksi minyak AS mungkin telah mencapai titik terendah.
Berdasarkan kalkulasi Reuters, ekspor minyak Rusia dari pelabuhan Barat diperkirakan naik 36% pada Agustus nanti. Eksportir utama dunia Arab Saudi sekali lagi menduduki puncak daftar pemasok minyak mentah ke China pada Juni. Negeri Raja Salman itu memasok 2,16 juta barel per hari, atau hampir 17% dari rekor impor Cina bulan itu.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : MerahPutih