Ramai Lockdown, Harga Emas Balik Lagi ke Atas US$ 1.800/oz
Sempat jatuh ke bawah US$ 1.800 per troy ons, harga logam mulia emas kini kembali terbang. Kenaikan kasus infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di banyak negara terutama di Amerika Serikat (AS) serta tensi Washington-Beijing yang meningkat bawa harga emas naik lebih tinggi.
Rabu (15/7/2020) pada 09.15 WIB harga emas dunia di pasar spot menguat tipis 0,09% ke US$ 1.809,1/troy ons. Meski menguat tipis harga emas masih melanjutkan kenaikannya setelah ditutup menguat kemarin.
“Ada antisipasi terhadap bertambah banyaknya penutupan sehingga membuat orang kembali ke emas untuk mencari perlindungan terhadap ketidakpastian” kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments kepada Reuters.
Kenaikan kasus di California yang sangat tinggi membuat Gubernur Gavin Newsom kembali membatasi aktivitas bisnis. Newsom memerintahkan restoran, bioskop, kebun binatang hingga museum untuk kembali ditutup. Siswa yang seharusnya kembali sekolah di bulan Agustus juga diminta untuk tetap tinggal di rumah.
Pembatasan kembali mobilitas publik ini jelas menjadi ancaman bagi aktivitas perekonomian. Ekonomi bisa menjadi mati suri ketika karantina wilayah (lockdown) kembali diterapkan di banyak tempat.
Mengutip Reuters, para pejabat bank sentral AS, The Fed, mengatakan periode pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam akan berjalan lebih lama dan dampak ekonomi masih akan terasa seiring dengan kenaikan jumlah kasus infeksi yang terjadi.
Dalam sepekan terakhir pertambahan kasus infeksi baru Covid-19 di Negeri Adikuasa tersebut rata-ratanya sudah mencapai 60.000. Ini jelas menjadi rekor sejak wabah pertama kali merebak di Negeri Paman Sam.
“Ada kemungkinan bahwa kita akan melihat Federal Reserves tidak hanya melanjutkan program stimulus ekonomi yang sudah ada, tapi pada beberapa kasus bisa mengakselerasinya sehingga dapat mendukung harga emas secara signifikan” kata Jeffrey Sica.
Pandemi belum usai, tensi geopolitik antara AS-China yang meninggi semakin membuat runyam dunia. Presiden AS ke-45 Donald Trump berkata tak kepikiran untuk melanjutkan negosiasi dagang fase II dengan Negeri Tirai Bambu setelah melihat dampak pandemi ini.
Hubungan AS-China memang rumit, diawali dengan perang dagang, kemudian tereskalasi ke ranah hak asasi manusia (HAM) seputar kisruh dengan penduduk muslim Uyghur, dan UU keamanan nasional Hong Kong, hingga yang terbaru seputar kehadiran China di Laut China Selatan (LCS).
Dengan semua latar belakang ini, minat investor untuk mencari suaka ke aset-aset safe haven. Harga emas yang naik tinggi hingga 19% tahun ini, tetapi prospek dinilai masih cerah membuat investor memburunya.
Suku bunga yang rendah, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang juga sudah sangat rendah apalagi ditambah dengan tingkat inflasi yang ada maka tingkat suku bunga real sudah menjadi negatif membuat emas merupakan aset investasi yang menarik.
Melorotnya harga emas dalam beberapa waktu lalu, menjadi momentum investor untuk masuk membeli emas. Prospek harga emas selanjutnya adalah di US$ 1.900/troy ons. Bahkan Bank of America (BoA) memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$ 3.000/troy ons.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com