Kasus Corona Meroket, Rupiah Lesu ke Rp14.380 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.380 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (3/7). Posisi ini melemah 2 poin atau 0,02 persen dari Rp14.378 pada Kamis (2/7).
Rupiah melemah bersama baht Thailand minus 0,18 persen, won Korea Selatan minus 0,06 persen, dan yen Jepang minus 0,04 persen. Lalu, dolar Singapura melemah 0,04 persen, ringgit Malaysia minus 0,02 persen, yuan China minus 0,01 persen
Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan peso Filipina menguat 0,2 persen dari dolar AS.
Di jajaran mata uang utama negara maju, rubel Rusia menguat 0,32 persen dan euro Eropa 0,01 persen. Sisanya, berada di zona merah.
Poundsterling Inggris melemah 0,06 persen, dolar Australia minus 0,03 persen, franc Swiss minus 0,03 persen, dan dolar Kanada minus 0,03 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan di kisaran Rp14.250 sampai Rp14.430 per dolar AS pada hari ini. Sentimen negatif berasal dari pembatasan aktivitas ekonomi di beberapa negara di dunia akibat peningkatan jumlah kasus virus corona atau covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.
Misalnya, pembatasan jam operasional dan kapasitas pengunjung di restoran dan bar di Texas dan Florida, negara bagian AS. Kemudian, penutupan pabrik Pepsi di China. Begitu pula di Jerman dan Korea Selatan.
Sementara data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mencatat ada 176 ribu kasus corona baru di dunia pada Kamis (2/7) waktu setempat. Saat ini, total ada 10,53 juta kasus corona di dunia dengan jumlah kematian mencapai 512 ribu orang.
“Sentimen negatif masih membayangi pergerakan aset berisiko. Pasar khawatir dengan penularan covid-19 yang terus meninggi,” ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Peningkatan jumlah kasus virus corona juga terjadi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat ada 1.624 kasus corona baru kemarin. Totalnya, ada 59.394 kasus corona di Tanah Air dengan jumlah kematian mencapai 2.987 orang.
Sentimen lain berasal dari ketegangan hubungan AS dan China yang berlanjut karena aturan pemberian sanksi kepada pejabat China yang menyetujui Undang-Undang (UU) Keamanan Hong Kong.
Kendati begitu, Ariston melihat pelemahan mata uang mungkin tidak terlalu dalam karena ada sentimen penopang dari data tenaga kerja AS. Tercatat, ada 4,8 juta pekerjaan baru di Negeri Paman Sam pada Juni 2020.
Jumlah ini mengalahkan ekspektasi pasar sebelumnya yang jauh lebih rendah. Tingkat pengangguran pun turun dari kisaran 13,3 persen menjadi 11,1 persen.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tarbiyah.net
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]