China Kirim Kabar Baik ke “Dunia Persilatan”, Yen Terjungkal
Nilai tukar yen melemah melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (30/6/2020) pagi. China yang mengirim kabar bagi ke “dunia persilatan” alias pasar finansial membuat mata uang yen menjadi kurang menarik.
Pada pukul 9:13 WIB, yen melemah 0,27% melawan rupiah di Rp 131,37/JPY di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, yen menguat 0,12% melawan dolar AS di 107,68/US$.
China menjadi headline pagi ini, rilis data sektor manufaktur perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut membuat pelaku pasar ceria.
Markit pagi ini melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Negeri Tiongkok bulan Juni naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 50,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi dan di atasnya berarti ekspansi.
Dengan demikian, China masih mampertahankan bahkan menambah laju ekspansi di bulan Juni, meski virus corona sempat menyerang ibu kota Beijing. Sehingga harapan akan perekonomian bisa segera bangkit kembali muncul.
Sejak dilanda pandemi penyakit virus corona (Covid-19), sektor manufaktur China hanya mengalami kontraksi di bulan Februari (angka indeks sebesar 35,7) setelahnya, mencatat ekspansi dalam 4 bulan beruntun.
Data tersebut tentunya memberikan harapan perekonomian global akan segera bangkit dan terhindar dari resesi, atau setidaknya tidak mengalami resesi panjang.
Apalagi, hal yang sama juga terjadi di Eropa. Markit pada Selasa (23/6/2020) lalu melaporkan PMI sektor manufaktur dan jasa yang menunjukkan peningkatan lebih besar dari prediksi.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.
Prancis menjadi negara yang paling mengejutkan, PMI manufaktur dan jasa kembali menunjukkan ekspansi. PMI manufaktur dirilis sebesar 52,1 di bulan ini, dari bulan Mei 40,6. Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 46,1, dan menjadi ekspansi pertama dalam 5 bulan terakhir.
PMI sektor jasa dilaporkan sebesar 50,3 lebih tinggi dari prediksi 44,9.
Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa juga membukukan kenaikan PMI manufaktur dan jasa masing-masing menjadi 44,6 dan 45,8, meski masih berkontraksi tetapi lebih tinggi dari prediksi 41,5 dan 41,7.
Kemudian zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur dilaporkan sebesar 46,9 lebih tinggi dari prediksi 43,8, dan PMI jasa sebesar 47,3 jauh lebih tinggi dari prediksi 40,5.
Rilis data dari China tersebut membuat bursa saham Asia menghijau pagi ini, yang menjadi indikasi membaiknya sentimen pelaku pasar. Saat sentimen pelaku pasar membaik, yen yang menyandang status safe haven menjadi kurang menarik, nilainya pun melemah.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Investing.com