Diserang, Bintang Emon Pamer Hasil Tes Negatif Narkoba
Komika Bintang Emon langsung menjalani tes narkoba dan memamerkan hasilnya tak lama usai diserang di jagat maya setelah berkomentar soal kasus hukum penyidik KPK, Novel Baswedan.
Melalui Instagram, Bintang mengunggah foto hasil pemeriksaan yang dikeluarkan Rusah Sakit Pondok Indah tertanggal 15 Juni 2020.
“Pasien diperiksa di RS Pondok Indah Puri Indah dan dilakukan pemeriksaan urin test Amphetamine, Oplates Coccaine, Marijuana (THC), dan Benzodiazepine hasilnya dinyatakan negative,” demikian kutipan surat keterangan tersebut.
Di keterangan foto tersebut, Bintang menuliskan, “Kalo nanti masih ada berita ditangkap karena narkoboy, lucu juga sih. Bintangemon negatif narkoba, positif kentang mustofa.”
Bintang mengunggah foto ini kala ia sedang menjadi bahan pergunjingan di jagat maya. Namanya bahkan menjadi topik tren di Twitter setelah menjadi sasaran akun-akun anonim yang menyebutnya menggunakan narkotika jenis sabu.
Serangan di dunia maya itu terjadi setelah Bintang berkomentar soal tuntutan jaksa penuntut umum terhadap pelaku penyiraman air keras ke wajah penyidik KPK Novel Baswedan.
Bintang menyampaikan komentar itu melalui sebuah video yang ia unggah melalui akun Instagram pribadinya.
Jaringan Kebebasan Berpendapat Asia Tenggara (SAFEnet) menganggap Bintang menjadi target serangan buzzer karena berani mengemukakan pendapat secara kritis.
Direktur Eksekutif SAFENet, Damar Juniarto, mengatakan bahwa akun-akun anonim yang menyerang Emon di media sosial terklasifikasi sebagai bot atau “trolling”.
Menurut Damar, akun-akun bot itu bersifat ingin menjatuhkan dan mengganggu kegiatan seseorang di media sosial.
“Secara kasat mata, SAFEnet melihat bahwa dia ditargetkan pada orang-orang yang vokal. Nah, adanya di mana? Ada yang dia aktivis, atau jurnalis mewakili organisasi medianya, atau bisa juga tokoh-tokoh yang dikenal publik, misal standup comedian,” kata Damar kepada CNNIndonesia.com.
Damar melihat fenomena akun-akun bot di media sosial belakangan merupakan cara untuk melancarkan teror atau serangan kepada orang-orang yang berseberangan pendapat dan tak memiliki narasi tunggal.
“Kalau narasinya enggak sama, akan dapat serangan,” katanya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : JawaPos.com