Neraca Dagang RI Defisit US$350 Juta Pada April 2020
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$350 juta secara bulanan pada April 2020 di tengah wabah virus corona atau covid-19. Posisi ini berbanding terbalik dari Maret 2020 yang surplus US$743 juta.
Jika diakumulasi, neraca perdagangan pada Januari-April 2020 tercatat surplus sebesar US$2,25 miliar. Posisi ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang defisit sebesar US$2,56 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$12,19 miliar. Sementara nilai impor lebih besar dibandingkan ekspor, yakni US$12,54 miliar.
“Meski defisit, tapi masih lebih baik dari prediksi awal. Ini juga karena beberapa harga komoditas turun, ekspor turun,” ungkap Suhariyanto melalui video conference, Jumat (15/5).
Ia merinci total ekspor terdiri dari ekspor non minyak dan gas (migas) sebesar US$11,58 miliar atau turun 13,66 persen dari sebelumnya US$13,41 miliar pada Maret 2020. Sementara ekspor migas tercatat turun 6,55 persen dari US$650 juta menjadi US$610 juta.
Pelemahan ekspor nonmigas terjadi karena ekspor industri pertanian minus 6,1 persen menjadi US$280 juta secara bulanan. Sementara, kalau dilihat secara tahunan tercatat meningkat 12,66 persen.
“Sektor pertanian turun di antaranya untuk komoditas tanaman obat dan rempah-rempah,” ujarnya.
Kemudian, nilai ekspor pertambangan turun 22,11 persen secara bulanan menjadi US$1,54 miliar. Lalu, ekspor industri pengolahan turun 12,26 persen menjadi US$9,76 miliar.
Jika ditotal, ekspor Januari-April 2020 sebesar US$53,95 miliar. Kinerja ini meningkat tipis 0,44 persen bila dibandingkan Januari-April 2019 sebesar US$53,72 miliar.
Dari sisi impor, impor migas sebesar US$850 juta atau turun 46,83 persen dari US$1,61 miliar. Sementara impor nonmigas senilai US$11,68 miliar atau turun 0,53 persen dari US$11,75 miliar. Kalau ditotal, nilai impor pada April 2020 minus 6,1 persen menjadi US$12,54 miliar.
Penurunan impor nonmigas berasal dari bahan baku/penolong turun 9 persen menjadi US$9,36 miliar. Hal yang sama terjadi pada impor barang konsumsi sebesar 4,03 persen menjadi US$1,22 miliar, sedangkan barang modal naik 9 persen menjadi US$1,96 miliar.
Secara kumulatif, kinerja impor Januari-April 2020 sebesar US$51,71 miliar atau terkoreksi 7,78 persen. Khusus impor nonmigas, turun 7,25 persen dari US$49,07 miliar menjadi US$45,51 miliar.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Investor Daily