Survei BI Proyeksi Penjualan Eceran April Semakin Tertekan
Bank Indonesia (BI) memproyeksi penjualan eceran pada April 2020 semakin terkontraksi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tekanan Indeks Penjualan Riil (IPR) terutama dari kelompok barang lainnya, khususnya sandang atau pakaian yang diprediksi negatif 67,3 persen.
Padahal, pada Maret 2020, penurunan sub kelompok sandang sudah negatif 60,5 persen. Sehingga IPR pada periode tersebut tercatat turun 4,5 persen atau lebih dalam dibanding bulan sebelumnya.
“Responden menyampaikan penurunan penjualan sejalan dengan penurunan permintaan dan kebijakan pembatasan sosial (PSBB) akibat semakin meluasnya dampak covid-19 di April 2020,” tulis survei BI, dikutip Selasa (12/5).
Responden juga memperkirakan penjualan eceran pada Juni 2020 masih menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan sebesar 130,4 atau lebih rendah dari periode sebelumnya.
Indeks Ekspektasi Harga (IEH) pada periode Juni juga diperkirakan turun seiring dengan turunnya permintaan. IEH berada di posisi 160,7 atau lebih rendah dari proyeksi Mei yang diperkirakan 173,0.
Namun, responden optimis penjualan eceran pada enam bulan mendatang atau periode September 2020 bakal meningkat. IEP-nya pun ada di level 145,5. Optimisme itu sejalan dengan aktivitas ekonomi yang diperkirakan kembali normal usai pandemi corona.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 lebih parah ketimbang kuartal sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyak pemerintah daerah menerapkan PSBB akibat penyebaran penyakit covid-19.
Sri Mulyani menuturkan PSBB berdampak pada ekonomi banyak lapisan masyarakat. Mayoritas operasional perusahaan terganggu dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sulit meraup keuntungan. Alhasil, pendapatan masyarakat pun banyak terdampak.
“Untuk kuartal II 2020 kami prediksi memang lebih buruk. Berbagai belanja di rumah tangga mungkin akan mengalami penurunan yang cukup signifikan,” ujar Sri Mulyani dalam video conference, awal Mei lalu.
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84 persen terpaut jauh dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 5,02 persen.
Padahal, porsi konsumsi rumah tangga ini berkontribusi besar terhadap PDB RI, yakni 58,14 persen. Walhasil, laju ekonomi cuma 2,79 persen per Maret 2020. Posisi ini terendah sejak 2001 silam.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bisnis.com