The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, Harga Emas Ogah Gerak
Harga logam mulia emas di pasar spot pagi ini cenderung flat setelah bank sentral AS, The Fed menetapkan untuk mempertahankan suku bunga acuan di target kisaran saat ini.
Di sisi lain kabar yang datang dari uji obat anti COVID-19 yakni remdesivir serta rencana pencabutan lockdown di AS dan negara-negara Eropa menjadi sentimen yang membebani harga emas.
Kamis (30/4/2020), harga emas dunia di pasar spot cenderung flat dengan penguatan tipis 0,01%. Pada 09.25 WIB, harga logam mulia dibanderol di US$ 1.711,41 per troy ons setelah pada perdagangan sebelumnya harga emas ditutup di US$ 1.711,25 per troy ons.
Dini hari tadi The Fed memutuskan untuk menahan (hold) Federal Fund Rate di kisaran target 0-0,25% di saat perekonomian Paman Sam terkontraksi 4,8% di kuartal pertama tahun ini.
Namun Jerome Powell dan sejawat berjanji akan memberikan stimulus dalam bentuk lain guna menyelamatkan perekonomian AS dari goncangan pandemi COVID-19 yang saat ini sudah menginfeksi lebih dari 3 juta orang secara global.
“Komite memutuskan untuk mempertahankan Federal Funds Rate di kisaran 0-0,25%. Suku bunga akan terus dipertahankan hingga ada keyakinan bahwa ekonomi sudah pulih dari dampak perkembangan terkini selaras dengan tujuan penciptaan lapangan kerja dan kestabilan harga,” sebut keterangan tertulis Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), yang dirilis Kamis (30/4/2020) dini hari waktu Indonesia.
The Fed masih akan melanjutkan program pembelian aset-aset keuangan atau yang dinilai dengan Quantitative Easing. Ke depan The Fed akan terus memompa uang ke perekonomian dengan membeli obligasi pemerintah, efek beragun aset berbasis properti hingga obligasi korporasi dengan rating ‘junk’.
The Fed selain membabat habis suku bunya menjadi 0-0,25% di bulan Maret lalu, juga menggelontorkan stimulus senilai US$ 2,3 triliun, termasuk di dalamnya program pinjaman yang disebut Main Street senilai US$ 600 miliar untuk perusahaan dengan karyawan mencapai 10.000 orang atau maksimal penjualan 2,5 miliar di tahun 2019.
Dengan tingkat suku bunga rendah dan banjir stimulus ini sebenarnya emas mendapat sentimen positif. Namun ada sentimen lain yang juga datang dari ‘Barat’ yang jadi pengganjal emas untuk melesat lebih tinggi setidaknya untuk perdagangan pagi ini. Kabar tersebut seputar perkembangan obat COVID-19 dan rencana pencabutan lockdown di AS dan beberapa negara Eropa.
Kabar perkembangan obat COVID-19 remdesivir produksi Gilead Science membuat risk appetite investor kembali menyala. Mengutip CNBC International kandidat obat COVID-19 terkuat yang sempat diragukan kemujarabannya tersebut menunjukkan hasil menjanjikan.
Gilead Science mengatakan bahwa lebih dari setengah dari pasien yang diuji dengan obat tersebut menunjukkan perbaikan dan bisa keluar dari rumah sakit dalam kurun waktu dua pekan saja.
Penasihat kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci pun membenarkan hal tersebut setelah obat itu diujikan pada 800 pasien COVID-19. Saat ini Food & Drug Administration (FDA) AS terus berdiskusi dengan Gilead Science agar remdesivir segera tersedia untuk pasien COVID-19 ‘secepat mungkin’, begitu kata penasihat senior FDA Michael Felberbaum, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Di sisi lain sentimen lockdown yang akan dibuka di berbagai negara Eropa juga menjadi sentimen positif. Mulai banyak negara Eropa yang melaporkan penurunan kasus COVID-19. Banyak dari mereka yang sudah ambil ancang-ancang untuk mencabut lockdown. Ketika lockdown dicabut ada harapan ekonomi dapat bersemi kembali dan ini semakin menguatkan risk appetite investor untuk berburu aset-aset berisiko.
Sentimen memang campur aduk (mixed) untuk logam mulia emas, sehingga wajar pagi ini harga emas galau bergerak mau ke mana. Namun dengan masih kokohnya harga emas di level US$ 1.700/troy ons menunjukkan bahwa kilau emas belum pudar. Emas masih menjadi instrumen yang menarik di tengah kondisi ekonomi global yang tak kondusif akibat pandemi COVID-19.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kompas.com