Sri Mulyani Soroti Kinerja Minus Sektor Jasa RI
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan nilai sektor jasa Indonesia yang selalu negatif berkontribusi besar terhadap defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) selama ini.
“Indonesia selalu negatif dari sektor jasa. Jasa Indonesia negatif US$30 miliar (pada 2019). Bahkan, tahun sebelumnya (2018) US$33,9 miliar. Makanya CAD kita selalu negatif, karena negatif dari ekspor jasa itu dalam sekali,” katanya di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (5/3).
Ia kemudian membandingkan kondisi Filipina yang dapat menyelesaikan masalah defisit neraca dagang negara akibat pertumbuhan nilai jasa yang besar.
Menurutnya, Indonesia harus mencontoh Filipina dengan mengembangkan sektor jasa dalam negeri.
“Nahm kalau ekspor jasa Filipina yang tadinya pernah mengalami masalah neraca pembayaran, mereka bisa membalik (keadaan) karena sektor jasa besar,” tuturnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menilai kunci keberhasilan suatu negara dalam mengerek ekspor jasa berada di kualitas sumber daya manusia. Sementara, ia menilai sumber daya manusia Indonesia sendiri belum dapat bersaing dengan negara lain sehingga pemerintah harus mencari sumber pendapatan lain.
“Karena (Filipina) ada diaspora mengirimkan repatriasi dari penerimaan mereka. Lah, kalau Indonesia enggak punya tenaga kerja yang skill (memadai) keluar (negeri) untuk mengirimkan income net ke Indonesia, maka harus mencari sumber devisa lain,” ujarnya.
Dengan demikian, ia menekankan pentingnya rencana pemerintah menumbuhkan sektor pariwisata. Ia menyebut potensi pariwisata Indonesia yang besar dapat menjadi subtitusi pendapatan yang baik apabila dikelola dengan kebijakan yang memadai.
“Makanya tourism penting, karena Indonesia punya daya tarik yang sebetulnya sangat bagus. Inilah yang menggambarkan mengapa kami fokus kepada hal-hal yang bisa men-generate (menghasilkan) devisa, dan bisa subtitute devisa (sektor jasa),” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan insentif fiskal pertama kepada sektor pariwisata dan penerbangan di Indonesia berupa diskon tiket pesawat dan juga pembebasan pajak hotel dan restoran di daerah wisata. Langkah itu untuk memitigasi dampak tekanan perekonomian dari virus corona (covid-19). Tak berhenti di situ, pemerintah juga akan segera merilis paket stimulus fiskal jilid II.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut stimulus kedua yang diberikan akan berbentuk kemudahan ekspor dan impor kepada pelaku usaha.
“Jadi kami sedang mempersiapkan stimulus kedua. Itu terdiri dari ekspor dan impor, terutama kemudahan perizinan, ditambah juga kemudian ekspor, integrasi dari sistem perdagangan, perhubungan, dan bea cukai agar dokumentasi ekspor itu lebih sederhana,” ungkap Airlangga, Rabu (4/3).
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Indopolitika.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]