Corona Meluas, Analis Ramal BI Pangkas Suku Bunga 0,5 Persen
Bank Indonesia (BI) diprediksi kembali memangkas suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate) sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5 persen. Sebab, penyebaran virus corona (Covid-19) telah meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa mengatakan penurunan suku bunga acuan menjadi salah satu stimulus menghalau kejatuhan ekonomi akibat ‘infeksi’ virus corona.
“Kalau kami lihat dampak dari virus corona ini lebih besar dan lebih meluas, sehingga diperlukan langkah lebih lagi dari Bank Indonesia bisa sampai 50 bps. Jadi itu asumsi kami,” katanya, Kamis (5/3).
Bank sentral sendiri baru saja memangkas BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari lalu. Tak hanya BI, bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 1 persen-1,25 persen pada Selasa (3/3).
Alvin menilai BI akan merespons penurunan suku bunga The Fed tersebut. Namun, tujuan utama penurunan kembali suku bunga acuan tak hanya merespons The Fed, lebih dari itu adalah menopang pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, beberapa lembaga telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 tak mencapai target pemerintah, yakni 5,3 persen. Bahkan, beberapa lembaga meramal pertumbuhan ekonomi akan meninggalkan level 5 persen.
“Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sekarang kami masih belum turunkan dari (prediksi) pertumbuhan ekonomi awal di 5 persen,” ucapnya.
Sementara itu, Deputy Chief Investment Officer (CIO) MMI Aldo Perkasa menuturkan virus corona diprediksi akan menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020. Jika wabah itu dapat ditanggulangi pada Maret-April nanti, maka pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu diyakini berkurang 1 persen dari tahun sebelumnya.
Namun, jika virus corona belum juga mereda setelah enam bulan maka ekonomi China bisa turun 1,5 persen.
“Ini perhitungan kasar, belum memasukkan kalkulasi paket stimulus ekonomi China untuk meng-counter perlambatan ekonomi,” tuturnya.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi China, lanjut dia, bakal berpengaruh kepada ekonomi Indonesia. Sebab, China merupakan negera tujuan ekspor utama, sekaligus importir terbesar bagi Indonesia.
“Hitungan kasarnya, apabila China turun 1 persen-1,5 persen untuk Indonesia sendiri mungkin pemotongan 0,3 persen-0,5 persen. Tentu ini perhitungan sebelum keluar paket stimulus ekonomi,” ucapnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : GenPI.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]