Minyak Dunia Tertekan Ancaman Penurunan Permintaan
Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada perdagangan Rabu (4/3). Harga minyak turun justru ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tengah mendorong peningkatan pemangkasan produksi.
Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent turun 73 sen ke posisi US$51,13 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 40 sen menjadi US$46,78 per barel.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, atau dikenal sebagai OPEC+ akan bertemu di Wina, Austria pada 5-6 Maret. Mereka akan mengadakan pertemuan para menteri guna meninjau kebijakan produksi minyak mentah.
Seorang sumber OPEC menuturkan organisasi itu tengah berusaha membujuk Rusia untuk menambah pemangkasan produksi guna menopang harga. Saat ini, kelompok itu telah memotong produksi hingga 2,1 juta barel per hari (bph). Akan tetapi, Rusia dikenal kerap memberikan kesepakatan pada menit terakhir.
Sumber juga mengatakan OPEC+ berencana menambah pemangkasan produksi 1 juta bph. Tujuannya adalah menjaga harga minyak di tengah penyebaran virua corona.
Sebab, merebaknya virus corona di luar China telah mengancam permintaan minyak. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pasar menghadapi surplus. Pasokan minyak melebihi permintaan.
“OPEC dan non-OPEC perlu melakukan semua upaya mereka untuk menyeimbangkan pasar,” katanya.
Kondisi tersebut membuat beberapa lembaga internasional menurunkan proyeksi harga minyak. Goldman Sachs merevisi turun harga Brent menjadi US$45 per barel pada April. Secara bertahap, harganya diyakini pulih menjadi US$60 dolar per barel pada akhir tahun.
Sementara itu, Morgan Stanley memangkas prediksi Brent menjadi US$55 per barel dan WTI menjadi US$50 pada kuartal II 2020 karena penurunan permintaan.
Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow mengatakan pasar akan terbebani penurunan permintaan minyak akibat virus corona.
“Saya tidak melihat permintaan minyak pulih ke tingkat pra-virus selama beberapa bulan. Kemunculan wabah baru di Eropa dan AS akan menyebabkan gangguan perjalanan dan menghancurkan permintaan minyak,” ucapnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : iNews
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]