Banjir Jakarta Rendam Permukiman Kemang hingga Pondok Gede
Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Senin (24/2) malam menyebabkan banjir di sejumlah titik di Jakarta, mulai Kemang, Tegal Parang, Kramat Jati, hingga Pondok Gede.
Sejumlah titik di kawasan Kemang Selatan terendam banjir setinggi 100 – 120 sentimeter. Hingga Selasa (25/2) pagi, gerimis masih turun dan genangan air di rumah warga belum surut.
Pantauan CNNIndonesia.com, beberapa warga mulai sibuk mengangkat beberapa barang berharganya ke tempat yang lebih tinggi. Sisanya lebih memilih untuk memantau ketinggian air dari lantai dua rumahnya, beberapa tim evakuasi dari pihak kelurahan mulai menyisir rumah warga satu persatu. Mereka menawarkan bantuan seperti membelikan sarapan bagi warga yang terjebak di dalam rumah.
Ana warga RT 03/RW 02 menyebut air mulai memasuki rumah warga sejak pukul 03.00 WIB dini hari tadi. Meski menurutnya banjir bukan hal baru di kawasan tersebut. Namun, ia tidak memperkirakan hujan hari ini akan membuat rumahnya kebanjiran. Pasalnya, hujan ekstrem sebelumnya tidak sampai membuat rumahnya banjir.
“Kemarin kan hujan gede, tapi enggak sampai banjir. Terus hari ini ya kaget enggak kaget ya, tapi enggak ngira saja,” ujarnya. Ia mengakui banjir kali ini memang tidak separah awal januari 2020 lalu.
Namun, ia khawatir jika hujan kembali mengguyur akan membuat air semakin tinggi hingga menyebabkan pemadaman listrik. “Alhamdulillah hari ini enggak mati lampu, takut mati sih, nanti susah beraktivitas” terangnya.
Tak jauh dari Ana, Desi mengaku telah mengamankan barang berharganya sebelum air mulai masuk ke dalam rumahnya sejak dini hari.
Pondok Gede
Banjir juga menggenangi jalan Raya Pondok Gede. Air merendam pool taksi di Kramat Jati hingga setinggi sekitar satu meter. Akibatnya, akses jalan menuju Taman Mini Indonesia Indah maupun Pasar Rebo terputus. Para pekerja dari Blue Bird Kramat Jati pun membuat bendungan agar air tidak memasuki kantor mereka.
Akibat banjir, sejumlah pengendara pun terpaksa menepikan kendaraannya. Alih-alih mencari jalan lain, sejak pukul 07.00 WIB Andri Trisapta mengaku lebih memilih untuk menunggu air surut. Pengendara sepeda motor yang bekerja di Tebet ini pun mengaku belum bisa pulang ke tempat tinggalnya yang berada di Cililitan Besar belakang kantor PT Jasa Marga.
“Sudah menunggu sekitar satu setengah jam-an. Ini pulang kerja dari Tebet,” kata Andri kepada CNNIndonesia.com, Selasa (25/2).
Kramat Jati
Pantauan di lapangan, terlihat sejumlah petugas satpol PP Kecamatan Kramat Jati sudah menyiapkan satu buah perahu karet untuk membantu mengevakuasi warga. Salah seorang petugas Satpol PP, Hendriko, menuturkan air mulai naik sejak pukul 06.00 WIB.
“Kita dari Satpol PP Kecamatan Kramat Jati. Ada satu perahu buat bantu perpindahan warga; untuk anak sekolah, orang-orang kerja,” ujar Hendriko.
Selain itu, Warga Kramat Jati, Syahromin, berujar bahwa ini banjir kedua yang terjadi di tahun ini. Kata dia, ketinggian banjir sekarang ini tidak lebih besar daripada apa yang terjadi pada awal tahun. “Tahun baru lebih tinggi,” ungkapnya.
Banjir juga melanda kawasan Gang Hj. Husin, Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Banjir merendam hingga ketinggia 80 sentimeter pada Kamis, (25/2) dini hari.
Warga mengatakan, banjir memang sering terjadi di wilayah Tegal Parang jika hujan lebih dari satu jam. Meski menjadi daerah langganan banjir, warga RW 03 Gang Hj. Husin mengaku tidak pernah mendapat bantuan. Mereka kerap dimintai KTP dan Kartu Keluarga untuk data bantuan banjir, namun hingga saat ini bantuan itu belum sampai ke rumah warga.
“Sering kalau banjir diminta KTP dan KK, katanya buat bantuan korban banjir, dikasih sembako dari pemerintah tapi belum pernah sampai sekarang,” kata Aisyah (65), salah seorang warga RW 03.
Serupa dengan Aisyah, Eni (30) warga yang lahir dan besar di kawasan tersebut, sedari kecil sudah terbiasa dengan banjir. Eni mengaku sering memberikan KTP untuk data sebagai korban banjir, namun tidak pernah mendapatkan bantuan.
“Saya udah sering kasih KTP, dijanjiin sembako kalau nanti banjir, tapi ga pernah ada pembagian sembako,” katanya sambil mengumpulkan sampah yang terseret banjir di depan rumahnya.
Selain itu, Fadli (50) warga setempat juga mengaku tidak pernah mendapat bantuan sembako. Padahal ia sudah mendata dirinya ke kelurahan Tegal Parang.
Meski tidak mendapatkan bantuan, Fadli berharap pemerintah mampu menangani banjir yang kerap kali terjadi di rumahnya. Sebab jika banjir, ia tidak bisa bekerja seperti biasanya.
“Yang penting bukan sembakonya, tapi bagaimana supaya tidak banjir, dipikirin sama pemerintah,” katanya.
“Saya enggak bisa ngojek kalau banjir begini, pendapatan nol, pengeluaran ada terus,” tambahnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Metro Tempo.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]