Corona Belum Reda, Libya juga Tegang, Harga Minyak Melesat
Harga minyak mentah kontrak kembali mengalami penguatan di tengah merebaknya virus corona di China dan beberapa negara lain. Ketegangan yang terjadi di Libya membuat pasar khawatir pasokan minyak menjadi terganggu dan membuat harga minyak naik.
Tensi di Libya yang tak kunjung mereda telah menyebabkan aksi blokade ladang minyaknya serta sanksi Amerika Serikat terhadap anak perusahaan BUMN migas Rusia Rosneft membuat pelaku pasar khawatir suplai minyak terganggu.
Data Refinitiv menunjukkan harga minyak mentah kontrak futures pada pagi hari ini Kamis (20/2/2020) bergerak naik. Brent menguat 0,24% ke level US$ 59,26/barel dan WTI naik lebih tinggi sebanyak 0,71% ke level US$ 53,67/barel.
“Pasar minyak mulai sadar seburuk-buruknya permintaan minyak yang berkurang akibat virus corona dapat diimbangi dengan tidak adanya ekspor minyak dari Libya” kata Ohil Flynn seorang analis di Price Futures Group di Chicago.
“Libya mengekspor 1,2 juta barel minyak per hari dan jumlahnya lebih banyak dari perkiraan turunnya permintaan minyak akibat virus corona yang mencapai 400 ribu hingga 1 juta barel per hari” tambahnya.
Konflik yang saat ini terjadi di Libya telah membuat ekspor minyak dari negara itu berkurang 1,2 juta barel per hari dan kerugiannya ditaksir mencapai US$ 1,6 miliar.
“Ketegangan yang terjadi di Libya menjadi ancaman untuk pasokan minyak…. sanksi AS untuk produsen terbesar Rusia juga dapat menyebabkan pengetatan pasokan. Keduanya dapat memitigasi turunnya permintaan minyak akibat virus corona” tulis ANZ Bank dalam sebuah catatan, melansir Reuters.
Kementerian Keuangan AS pada Selasa memberikan sanksi untuk anak usaha Rosneft Trading SA yang dituduh menopang sektor perminyakan di Venezuela dan secara aktif membantu Venezuela untuk menghindari sanksi dari AS.
Beralih ke perkembangan kasus virus corona yang sempat membuat harga minyak anjlok, China melaporkan jumlah orang yang terinfeksi virus mematikan bernama COVID-19 sebanyak 349. Jumlahnya turun dari sebelumnya yang mencapai 1.693 dan merupakan yang terendah sejak 25 Januari.
Jumlah pasien yang meninggal ada 108 turun dari sebelumnya 132 orang. Sampai dengan hari ini jumlah kasus yang dilaporkan di China mencapai lebih dari 74.000 dan pasien yang meninggal melebihi 2.100.
Walau jumlah kasus baru yang dilaporkan mengalami penurunan signifikan, WHO mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut virus ini sudah mulai dapat dikontrol. Masih dibutuhkan banyak data dan observasi untuk menentukan apakah virus ini benar-benar sudah mulai jinak atau belum. Jumlah kasus baru infeksi virus corona yang turun ini juga turut menopang harga minyak bergerak naik.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : ANTARA News
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]