Yen Sudah Melemah Nyaris 1,5% Dalam Empat Hari
Nilai tukar yen Jepang melemah empat hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/7/2020) kemarin. Dalam empat hari tersebut pelemahan yen nyaris 1,5%.
Sementara pada hari ini, Jumat (7/2/2020) pukul 9:30 WIB, yen menguat tipis 0,07% ke 109,91/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan yen dalam empat hari beruntun terjadi meski penyebaran virus corona belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Berdasarkan data dari ArcGis, hingga saat ini jumlah korban meninggal akibat virus corona sebanyak 638 orang, dan telah menjangkiti 31.000 orang di berbagai negara.
Di tengah wabah corona yang berasal dari kota Wuhan China tersebut, Pemerintah Beijing bertindak cepat guna meminimalisir gejolak di pasar finansial.
CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Berkat stimulus tersebut, bursa saham global menghijau sejak hari Selasa, dampaknya sejak hari itu rupiah juga kembali menguat. Dalam dua hari terakhir, tercatat rupiah menguat sebesar 0,51%.
Setelah stimulus dari PBoC, kini giliran Pemerintah Beijing membuat pelaku pasar gembira. Kamis kemarin CNBC International mewartakan China akan memangkas bea masuk importasi berbagai produk dari AS senilai US$ 75 miliar.
Belum jelas produk apa saja yang masuk dalam daftar tersebut, yang pasti bea masuk yang sebelumnya 10% akan dipangkas menjadi 5%, dan yang sebelumnya 5% menjadi 2,5%.
Dalam rilis Kementerian Keuangan China yang dikutip CNBC International, pemangkasan bea masuk tersebut dilakukan untuk perkembangan perdagangan yang lebih sehat antara China dengan AS. Pemangkasan tersebut mulai berlaku pada 14 Februari nanti.
Berita dari China tersebut tentunya menjadi kabar bagus setelah kedua negara resmi meneken kesepakatan dagang fase I pada 15 Januari lalu.
Diharapkan dengan pemangkasan bea impor tersebut perundingan dagang fase II akan berjalan lancar, dan bea masuk yang diterapkan kedua negara semakin dipangkas sehingga arus perdagangan global menjadi lancar.
Langkah dari China tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko. Dampaknya yen yang merupakan aset aman (safe haven) menjadi kurang diminati, dan melemah empat hari beruntun.
Sementara pada hari ini, bursa saham Asia memerah menjelang rilis data neraca perdagangan China, yang akan memberikan gambaran seberapa besar dampak virus corona. Pelemahan bursa Asia tersebut membuat yen berhasil menguat meski masih tipis.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Liputan6.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]