Trump Tak Akan Gunakan Kekuatan Militer untuk Lawan Iran

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan mundur dari konfrontasi militer dengan Iran. Hal itu disampaikan Trump dalam pidato di Gedung Putih pada Rabu (8/1) waktu setempat.

Menurut Trump, AS memang memiliki kekuatan militer terbaik, namun itu bukan berarti mereka akan menyerang balik Iran. Kata dia, AS tidak mencari gara-gara untuk perang.

“Rudal kami besar, kuat, akurat, mematikan, dan cepat. Fakta kami memiliki peralatan dan militer yang hebat, tetapi itu tidak berarti kami harus menggunakannya. Kami tidak ingin menggunakannya,” kata Trump dikutip dari the Guardian, Kamis (9/1).

Komentar Trump itu mendinginkan situasi di tengah kekhawatiran akan terjadi konflik terbuka antara AS dan Iran setelah dia memerintahkan pembunuhan perwira tinggi militer Mayor Jenderal Qasem Soleimani.

Selain itu, Trump melihat Iran juga akan mundur dari konfrontasi tersebut usai serangan rudal dan roket yang mereka luncurkan tak memakan korban.

“Semua prajurit kami selamat dan hanya kerusakan kecil yang terjadi di pangkalan militer kami. Pasukan kami hebat, dan siap untuk apa pun,” kata Trump seperti dikutip dari AFP.

“Iran tampaknya mundur, ini baik untuk semua pihak yang berkepentingan dan hal yang sangat baik bagi dunia. Tidak ada nyawa Amerika atau Irak yang hilang,” ucapnya.

Meski demikian, Trump mengaku akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru kepada Iran. Dia juga menegaskan tetap melarang Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.

Iran sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka tak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015, respons atas kematian Qasem Soleimani.

Perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang digagas di era Presiden AS Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.

Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran. Selain AS, negara-negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA, yakni Inggris, Prancis, Jerman, China, Rusia, dan Uni Eropa.

Akan tetapi, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 dan kembali menerapkan sanksi atas Iran dan telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Liputan6.com

 

 

 

[social_warfare
buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *