Sekali Lagi Yen Mencoba Melawan Fitrahnya
Nilai tukar yen melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/12/2019) padahal bursa saham sedang merah. Yen merupakan mata uang yang menyandang status aset aman (safe haven) sehingga menjadi target investasi pelaku pasar ketika bursa saham melemah, dan nilainya pun akan menguat.
Tetapi pada hari ini hal tersebut tidak terjadi, yen melemah di saat bursa saham juga melemah. Pada pukul 9:34 WIB, yen diperdagangkan di level 108,62/US$, melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pergerakan hari ini berkebalikan dengan Senin kemarin, yen mampu menguat sejak awal perdagangan meski bursa saham sedang menghijau. Mata uang Negeri Matahari Terbit ini melawan fitrahnya dalam dua hari terakhir.
Dolar AS vs Yen
Tenggat waktu untuk tercapainya kesepakatan dagang antara AS dengan China yang semakin sempit membuat pelaku pasar berhati-hati yang berdampak pada penurunan bursa saham.
Sejauh ini, perundingan dagang kedua negara berada di jalur yang benar.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.
Pernyataan itu mengindikasikan batalnya bea masuk tambahan importasi produk China yang sedianya berlaku pada 15 Desember. Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat China untuk kesepakatan dagang tahap satu. China juga meminta menghapus bea masuk senilai US$ 375 miliar, dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan.
Sementara itu China juga memberikan kabar bagus. China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Namun yang patut diingat AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember nanti jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.
Penasehat Ekonomi Presiden Trump, Larry Kudlow, mengkonfirmasi jika rencana kenaikan bea impor tersebut masih berlaku. Selain itu Kudlow juga mengatakan jika kedua belah pihak “sudah dekat” dengan kesepakatan, tetapi juga menyatakan Presiden Trump siap “pergi menjauh” jika beberapa kondisi tertentu tak terpenuhi.
Meski harapan akan ditekennya kesepakatan dagang cukup besar, tetapi kemungkinan gagalnya perundingan kedua negara juga masih ada. Pelaku pasar pun mengambil sikap wait and see.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Dunia Tempo.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]