Sekjen PBB Sebut Krisis Iklim Sudah di Depan Mata

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dampak mengerikan dari perubahan iklim dan pemanasan global yang mengancam kehidupan manusia sudah di depan mata.

Peringatan disampaikan Guterres pada Minggu 1 Desember, menjelang konferensi iklim yang dijadwalkan berlangsung di Madrid, Spanyol, pada Senin ini.

“Selama berdekade-dekade, manusia telah berperang dengan planet (Bumi), dan saat ini planet sedang menyerang balik,” ujar Guterres, mengkritik kurangnya usaha komunitas global dalam memangkas polusi karbon

“Saat ini kita sedang berhadapan dengan krisis iklim. Krisis ini tidak lagi jauh di seberang sana, tapi sudah ada di depan mata kita,” sambung dia, dilansir dari AFP, Senin 2 Desember 2019.

Guterres menyinggung mengenai laporan baru PBB yang dijadwalkan dirilis Selasa besok. Dalam laporan itu disebutkan bahwa temperatur Bumi dalam lima tahun terakhir merupakan yang terpanas dalam sejarah.

“Bencana alam terkait iklim sudah semakin sering terjadi dan semakin mematikan serta destruktif,” sebut Guterres yang sudah berada di Madrid untuk menghadiri konferensi iklim COP25.

Menurutnya, situasi saat ini mengancam kesehatan manusia serta ketahanan pangan global secara umum. Ia juga menyebut bahwa polusi udara terkait perubahan iklim bertanggung jawab atas tujuh juta kematian prematur di muka Bumi pada setiap tahunnya.

Perjanjian Iklim Paris menyerukan adanya pembatasan pemanasan global di bawah dua derajat Celcius. Namun sejumlah studi terbaru menyebutkan bahwa suhu pembatasan idealnya adalah 1,5 derajat Celcius.

Laporan PBB berjudul UN Environment Programme pekan kemarin menyimpulkan bahwa emisi karbon dioksida harus turun sebanyak 7,6 persen per tahun untuk satu dekade ke depan agar target Perjanjian Iklim Paris dapat tercapai.

Bagi Guterres, 1,5 derajat Celcius adalah target yang mampu dicapai. Satu-satunya penghambat, sambung dia, adalah kemauan politik.

“Saya tekankan sekali lagi, bahwa upaya kita semua sejauh ini belum cukup. Para penghasil emisi terbesar di dunia belum melakukan kewajibannya dengan baik,” tegas Guterres, merujuk pada negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Dunia Tempo.co

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *