Harga Minyak Galau Jelang Pertemuan OPEC Pekan Ini
Pada awal perdagangan pekan ini, harga dua jenis minyak mentah tidak berjalan searah. Perbaikan aktivitas manufaktur China bulan November dan pertemuan OPEC+ pekan ini jadi sentimen penggerak harga si emas hitam.
Senin (2/12/2019), harga minyak mentah jenis Brent turun 1,79% ke US$ 61,31/barel. Namun harga minyak mentah acuan AS yaitu West Texas Intermediate (WTI) justru naik 1,72% ke level US$ 56,12/barel.
Sebenarnya apabila dilihat, harga si emas hitam ini sebenarnya mengalami tren kenaikan sejak 3 Oktober. Sepanjang periode 3 Oktober hingga hari ini, minyak mentah Brent naik 10,5% sedangkan minyak mentah WTI naik 8,7%.
Pekan lalu tepatnya pada Sabtu (30/11/2019) Biro Statistik Nasional China mengumumkan aktivitas manufaktur China kembali mengalami ekspansi. Hal tersebut tercermin dalam angka Purchasing Manager Index (PMI) bulan November.
Secara tak terduga aktivitas manufaktur China juga mengalami kenaikan. Angka Purchasing Manager Index (PMI) China bulan September berada di 50,2. Jika dibandingkan dengan bulan Oktober angka PMI hanya berada di 49,2. Poling yang dilakukan Reuters memperkirakan angka PMI November hanya akan berada di 49,5. Angka di atas 50 menunjukkan terjadinya ekspansi, sedangkan di bawah itu menunjukkan adanya kontraksi.
Kabar tersebut jadi kabar yang cukup menggembirakan bagi harga minyak. Pasalnya China merupakan negara pengimpor dan konsumen minyak terbesar dunia. Menurut data indexmundi, konsumsi minyak mentah China mencapai lebih dari 10 juta barel per hari (bpd). Jadi ketika aktivitas manufaktur mengalami ekspansi maka kebutuhan akan minyak sebagai bakar juga akan ikut terdongkrak.
Pekan ini, tepatnya pada 5 November 2019, OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ akan menggelar pertemuan di Wina. Salah satu poin yang akan dibahas adalah kapasitas produksi minyak untuk tahun depan.
Sejak awal Januari lalu, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi hingga 1,2 juta bpd. Pada Juni lalu, OPEC+ kembali memperpanjang target pemangkasan produksi hingga Maret tahun depan. Banyak yang memprediksikan bahwa OPEC+ akan kembali memperpanjang pemangkasan produksi setidaknya hingga Juni 2020.
Namun yang jadi masalah adalah, tidak semua anggota dengan penuh komitmen mematuhi kesepakatan yang ada. Beberapa negara seperti Iraq, Rusia, Kazakhstan bahkan memproduksi minyak lebih banyak dari target yang dipatok di awal.
Akibatnya, harga ini harus dibayar mahal oleh Arab Saudi dengan memangkas produksi minyaknya hingga 700.000 bpd untuk mencegah jatuhnya harga minyak. Hal ini membuat Arab jadi geram, apalagi Arab sedang memiliki agenda besar yang tak lain adalah IPO Saudi Aramco. Keputusan yang dibuat OPEC+ pekan ini akan menjadi sentimen penggerak utama harga minyak.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis Tempo.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]