Tunggu The Fed dan Damai Dagang, Rupiah Pilih Melemah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Nasib rupiah setali tiga uang di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (19/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.091. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah juga terjebak di zona merah. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.080 di mana rupiah melemah tipis 0,07%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.070/US$. Namun itu tidak lama, karena rupiah langsung masuk jalur merah dan bertahan sampai sekarang.
Seperti kemarin, gerak rupiah juga masih kurang dinamis. Meski melemah, tetapi depresiasi rupiah tidak terlampau dalam.
Hal serupa juga dialami oleh mata uang utama Asia lainnya. Di hadapan dolar AS, mayoritas mata uang Benua Kuning melemah dalam kisaran terbatas.
The Fed Kemungkinan Besar Tahan Bunga Acuan
Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi di level global. Pada pukul 10:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah naik 0,56%.
Investor menantikan rilis notula rapat (minutes of meeting) bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed edisi Oktober pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.
Pelaku pasar menunggu notula rapat itu karena ingin membaca arah kebijakan moneter ke depan. Sepertinya The Fed akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga acuan, karena tahun ini sudah turun tiga kali.
Pembacaan itu diperkuat oleh pernyataan Powell di hadapan Kongres AS baru-baru ini. Menurutnya, kebijakan moneter The Fed saat ini sudah tepat (appropriate).
“Posisi (stance) kebijakan moneter kami akan terus sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang moderat, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang mendekati target 2%. Saya dan kolega melihat ekspansi ekonomi yang berkelanjutan,” paparnya, seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, investor memperkirakan Federal Funds Rate tidak akan diturunkan pada rapat bulan depan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga bertahan di 1,5-1,75% pada rapat The Fed 11 Desember adalah 99,3%. Hampir pasti.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat, dolar AS jadi punya tenaga untuk menguat. Jadi harap maklum kalau rupiah cs di Asia terdepresiasi.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : LOMBOKita
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]