Lebih dari 300 Orang Tewas dalam Aksi Demonstrasi di Irak

Sebanyak 301 orang tewas dalam aksi demonstrasi anti pemerintah yang mengguncang Irak. Sementara itu hampir 15 ribu orang terluka sejak dimulainya aksi protes itu pada bulan Oktober lalu.

Begitu pernyataan yang dikeluarkan oleh Komisi Tinggi Independen untuk Hak Asasi Manusia Irak (IHCR).

“Jumlah korban tewas yang tinggi ini termasuk dua orang yang tewas pada Jumat lalu di kota Basra selatan selama aksi protes dengan kekekarasan,” kata IHCR seperti dilansir dari CNN, Minggu (10/11/2019).

Basra adalah kota kaya minyak yang terletak sekitar 450 kilometer sebelah selatan ibukota Irak, Baghdad.

100 orang lainnya terluka di Basra ketika pasukan keamanan Irak menggunakan gas air mata dan peluru tajam untuk meredam aksi demonstrasi.

Protes meletus di Baghdad dan di beberapa provinsi Syiah di selatan karena tingginya angka pengangguran, korupsi pemerintah, dan kurangnya kebutuhan dasar – seperti listrik dan air bersih.

Banyak warga Irak menyalahkan partai-partai politik yang saat ini berkuasa atas kesulitan ekonomi mereka alami dan skala protes saat ini, yang diyakini sebagai yang terbesar sejak jatuhnya mantan Presiden Irak Saddam Hussein pada 2003, mengejutkan pemerintah.

Menyusul tanggapan mematikan dari pasukan keamanan Irak, para demonstran menyerukan pemilihan dini dan menuntut agar pemerintah mundur.

Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi setuju untuk mengundurkan diri pada 31 Oktober setelah berminggu-minggu protes anti-pemerintah.

Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu di TV Al-Iraqiya Irak, Presiden Barham Salih mengatakan Abdul Mahdi telah setuju untuk mundur dengan syarat bahwa seorang penerus setuju untuk menggantikannya.

“Perdana Menteri telah setuju untuk mengundurkan diri,” kata Salih, menambahkan bahwa Abdul Mahdi telah meminta blok politik untuk mencapai alternatif yang dapat diterima untuk mencegah kekosongan pemerintah.

Para pejabat telah berusaha untuk mendapatkan kembali kendali dengan menggunakan kekuatan mematikan, sementara juga memberlakukan jam malam dan mematikan jaringan internet.

Pemerintah mengatakan hanya menembak ketika diserang, tetapi para demonstran membantahnya.

 

 

 

 

Sumber : sindonews.com
Gambar : Liputan6.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *