Pemerintah Yaman dan Separatis Sepakat Berdamai

Pemerintah Yaman telah menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan dengan kelompok separatis yang selama ini beroperasi di wilayah selatan. Penandatanganan perjanjian dilakukan di Riyadh, Arab Saudi, Selasa 5 November.

Sebenarnya Pemerintah Yaman dan separatis selatan adalah bagian dari aliansi pimpinan Saudi untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi sejak 2015. Namun Agustus lalu, separatis selatan yang didukung Uni Emirat Arab merebut kota Aden dari koalisi Saudi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menilai perjanjian antara Yaman dan separatis ini merupakan langkah penting dalam mengakhiri perang sipil berkepanjangan di negara tersebut. Menurut data PBB, perang di Yaman telah menewaskan sedikitnya 7.000 warga sipil.

Sejumlah grup pemantau meyakini angka kematian sebenarnya dalam perang Yaman jauh lebih tinggi lagi. Grup bernama Armed Conflict Location dan Event Data Project (ACLED) mengklaim telah mencatat lebih dari 100 ribu kematian, termasuk 12 ribu warga sipil, dalam perang Yaman.

Peperangan di Yaman juga memicu krisis kemanusiaan terburuk di era modern. Sekitar 24 juta warga dari total populasi di Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan atau perlindungan, termasuk 10 juta yang tergantung dari bantuan makanan untuk dapat bertahan hidup.

Separatis bernama Southern Transitional Council (STC) mencoba mendeklarasikan kemerdekaan di wilayah selatan Yaman, yang merupakan negara terpisah sebelum adanya unifikasi di tahun 1990. Separatis kemudian menjalin aliansi dengan Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi empat tahun lalu, dalam upaya menghentikan Houthi yang hendak merebut kota Aden.

Aliansi pemerintah dan STC berhasil mengusir Houthi dari Aden, dan kota itu pun dijadikan lokasi sementara berdirinya kantor kabinet Presiden Hadi.

Namun Agustus lalu, STC meninggalkan aliansi dan merebut Aden. STC menuduh Pemerintah Yaman tidak becus dalam menjalankan pemerintahan. Saat Pemerintah Yaman hendak merebut kembali Aden, UEA mengintervensi dan melancarkan serangan udara.

Konflik bersenjata pun meletus antara Pemerintah Yaman dan STC selama berbulan-bulan. Saudi berusaha memediasi perdamaian antar kedua kubu, dan akhirnya berhasil tercapai pada Selasa 5 November 2019.

“Kesepakatan ini akan membuka periode baru stabilitas di Yaman. Kerajaan Arab Saudi mendukung penuh Anda semua,” kata Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, dilansir dari BBC.

Salinan perjanjian menuliskan seruan mengenai pembentukan kabinet baru dalam kurun waktu 30 hari. Kabinet ini akan diisi perwakilan dari utara dan selatan Yaman dalam jumlah yang sama.

Perjanjian juga menyebutkan bahwa STC bisa berpartisipasi dalam dialog apapun yang dimediasi PBB terkait upaya mengakhiri perang sipil di Yaman.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *