Emas Antam Naik ke Level Rp753 Ribu per Gram di Akhir Pekan
Harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berada di posisi Rp753 ribu per gram pada Jumat (13/9). Posisi tersebut naik Rp1.000 dari Rp752 ribu per gram pada Kamis (12/9).
Namun, harga pembelian kembali (buyback) stagnan di angka Rp676 ribu per gram pada hari ini. Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp401 ribu, 2 gram Rp1,45 juta, 3 gram Rp2,16 juta, 5 gram Rp3,58 juta, 10 gram Rp7,1 juta, 25 gram Rp17,65 juta, dan 50 gram Rp35,23 juta.
Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp70,4 juta, 250 gram Rp175,75 juta, 500 gram Rp351,3 juta, dan 1 kilogram Rp724,6 juta. Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.
Sedangkan harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.505 per troy ons atau melemah 0,16 persen pada pagi ini. Begitu pula dengan harga emas di perdagangan spot di posisi US$1.496,81 per troy ons atau melemah 0,16 persen dari kemarin.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan kecenderungan harga emas di pasar internasional masih naik turun, meski ada peluang menguat pada hari ini. Ia memperkirakan harga emas resistance di US$1.470 sampai US$1.480 per troy ons dan support di US$1.520 per troy ons pada hari ini.
Sentimen yang mewarnai pergerakan harga emas berasal dari kelanjutan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump baru saja melempar cuitan di akun Twitter pribadinya mengenai hubungan dengan Negeri Tirai Bambu.
Ia mengatakan bahwa China bersedia membuat kesepakatan baru dengan AS. Ia bahkan menyatakan China akan membeli hasil produk pertanian AS dengan jumlah besar.
Namun di sisi lain, Trump sempat melempar cuitan mengenai kebijakan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan memotong suku bunga acuannya. Menurutnya, hal ini akan membuat euro Eropa terdepresiasi dari dolar AS dan membuat nilai ekspor AS menurun.
Sementara bank sentral AS, The Federal Reserve disindirnya hanya duduk diam melihat semua perkembangan ekonomi di dunia. “Namun, masih ada potensi kenaikan karena pelonggaran moneter dari bank sentral yang biasanya membantu kenaikan harga komoditas, termasuk emas,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Pelonggaran kebijakan moneter kemungkinan datang dari ECB yang kemudian mendorong The Fed. Sementara pasar turut berekspektasi bahwa The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuannya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : GenPI.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]