Harga Minyak Tertahan Perundingan Panjang Perang Dagang
Harga minyak dunia naik tipis pada perdagangan Kamis (5/9), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan harga tertahan penurunan stok minyak mentah AS karena kekhawatiran pasar terhadap lesunya permintaan di tengah perundingan panjang perang dagang AS-China.
Dilansir dari Reuters, Jumat (6/9), harga minyak mentah berjangka Brent menanjak US$0,25 menjadi US$60,95 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) dibanderol US$56,3 per barel atau meningkat tipis US$0,04.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak mentah dan BBM AS pekan lalu kembali merosot, meskipun terjadi lonjakan impor. Ini berarti penurunan sudah terjadi selama tiga pekan berturut-turut.
Stok minyak mentah AS turun 4,8 juta barel, hampir dua kali lipat dari ekspektasi analis, menjadi 423 juta barel. Volume stok tersebut merupakan yang terendah sejak Oktober 2018.
Setelah laporan EIA dirilis, harga minyak sempat menguat lebih dari dua persen. Namun, harga kembali merosot seiring keraguan pasar terhadap penyelesaian sengketa dagang AS-China.
“Saya rasa seluruh pelaku pasar sudah membangun harapan semampu mereka soal perang dagang AS-China,” ujar Partner Again Capital John Kilduff di New York.
Pada Kamis (5/9) kemarin, China dan AS sepakat melakukan negosiasi tingkat tinggi di Washington pada awal Oktober mendatang.
“Meski ada pengumuman mereka (AS-China) bakal memulai kembali pembicaraan perdagangan, masih ada ketidakpastian terkait permasalahan tersebut dan ketakutan perlambatan pertumbuhan permintaan yang pada dasarnya menahan harga pasar untuk lebih tinggi,” imbuh VP Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian.
Berlarutnya sengketa dagang telah menahan kenaikan harga minyak. Kendati demikian, harga Brent masih menguat sekitar 12 persen tahun ini berkat kesepakatan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Namun, berdasarkan survei Reuters dan data Kementerian Energi Rusia, produksi minyak OPEC dan Rusia menanjak pada Agustus lalu.
Tekanan terhadap harga juga disinyalir berasal dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Hal itu memicu para analis untuk memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak.
Direktur Keuangan BP Brian Gilvary menyebut pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini diperkirakan kurang dari 1 juta barel per hari (bph) seiring perlambatan konsumsi.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Ayooberita.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]