Pengembang Raksasa Masih ‘Ogah’ Serbu Lahan di Ibu Kota Baru
Real Estate Indonesia (REI) menyebut belum ada pengembang perumahan yang berminat membangun proyek di calon ibu kota baru. Sebab, pengembang masih memiliki informasi yang minim terkait calon lokasi ibu kota di Kalimantan Timur.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI Kalimantan Timur Bagus Susatyo menuturkan dua kecamatan yang rencananya digunakan sebagai lokasi ibu kota baru, yakni Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kecamatan Sepaku Semol di Penajam Paser Utara selama ini memang tidak dikenal sebagai pusat permukiman.
Di satu sisi, Kecamatan Samboja sangat dekat dengan operasional Blok Mahakam yang dulu dikelola Total E&P Indonesie. Sementara itu, Kecamatan Sepaku Semol hanya berisi lahan perkebunan kelapa sawit serta pertambangan.
“Karena hal tersebut, sejauh catatan saya, memang belum ada pemain properti besar yang berminat masuk ke calon ibu kota baru,” ujar Bagus kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/8).
Ia mengatakan bukan perkara mudah menarik pengembang untuk masuk ke kawasan ibu kota baru. Sebab, infrastruktur di sana juga dianggap belum mumpuni.
Ia berkisah, sambungan listrik di dua kecamatan itu masih belum memadai. Kemudian, jalan raya yang terdapat di sana pun baru sebatas jalan nasional. Sarana air bersih juga belum tersedia di calon ibu kota negara.
“Dalam hal ini, pengembang tak hanya memikirkan tanah sebagai faktor utama di dalam mengembangkan kawasan. Pengembang tentu harus memikirkan utilitasnya juga,” papar dia.
Karenanya, ia mengaku tak heran jika pengembang properti besar sejauh ini masih fokus mengembangkan sayap di daerah konsentrasi padat penduduk di Kalimantan Timur, yaitu Samarinda dan Balikpapan.
Berdasarkan catatannya, pengembang seperti PT Agung Podomoro Land Tbk masih fokus membangun apartemen tepi laut di Balikpapan bernama Borneo Bay City.
Kemudian, Sinarmas Land Group juga tengah menggarap proyek barnama Grand City di Balikpapan. Di dalam proyek tersebut, perusahaan disebutnya sudah memanfaatkan lahan 180 hektare (ha) dari total lahan yang dikuasai sebesar 220 ha.
Sementara itu, Ciputra Grup juga disebutnya masih mengembangkan proyek di Samarinda dan Balikpapan. “Kalau Ciputra memang dari dulu sudah menjadi salah satu pemain utama di sektor properti Kalimantan Timur,” jelasnya.
Kendati demikian, ia berharap penetapan ibu kota baru mampu menggairahkan kembali permintaan sektor properti di Kalimantan Timur. Sebab, menurutnya, penjualan properti di provinsi tersebut sempat lesu lantaran harga minyak dunia dan komoditas pertambangan yang sempat turun.
Adapun pada tahun lalu, penjualan properti di Kalimantan Timur sempat anjlok 80 persen.
“Tahun lalu, ruko sulit dijual. Rumah kelas menengah memang ada yang terjual, namun tidak seperti biasanya. Sementara menjual rumah kelas atas pun sudah setengah mati. Sehingga, kami harap wacana ibu kota baru ini bisa bikin gairah baru bagi properti meski dampaknya tidak saat ini,” tandas Bagus.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : SINDOnews
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]