Dolar AS Kehilangan Tenaga
Kurs dolar Amerika Serikat (USD) melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Kondisi itu terjadi karena kekhawatiran baru tentang penyelesaian perang perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok yang mendorong investor beralih ke aset-aset safe haven.
Hal tersebut mau tidak mau memperdalam inversi kurva imbal hasil surat utang dan mengangkat yen Jepang terhadap greenback. Imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor 10 tahun, indikator utama sentimen pasar tentang kesehatan ekonomi negara secara keseluruhan, turun lebih cepat daripada imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor dua tahun.
Mengutip Antara, Rabu, 28 Agustus 2019, situasi itu memperdalam inversi di antara keduanya. Inversi atau pembalikan imbal hasil, indikator resesi yang diterima secara luas, menekan USD beberapa hari setelah AS dan Tiongkok, dua ekonomi terbesar dunia, menaikkan tarif terhadap impor satu sama lain.
“Anda telah melihat dorongan lebih dalam ke inversi pada kurva 2s/10s. Hari ini, sulit untuk meletakkan jari Anda pada satu penggerak spesifik dari inversi itu -meskipun itu mungkin berkontribusi pada rasa umum penghindaran risiko (risk-off) di pasar,” kata Ahli Strategi Makro RBS Securities Brian Daingerfield.
Pada Jumat 23 Agustus, Tiongkok mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang Amerika senilai USD75 miliar. Amerika Serikat membalas dengan mengatakan akan menaikkan tarif yang ada pada USD250 miliar barang-barang Tiongkok menjadi 30 persen dari 25 persen pada 1 Oktober.
Sedangkan pada Senin 26 Agustus, Trump mengatakan para pejabat Tiongkok telah menghubungi mitra dagang AS semalam dan menawarkan untuk kembali ke meja perundingan, memicu gelombang apa yang disebut perdagangan berisiko (risk-on).
Namun, keraguan merayap masuk setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengaku tidak mengetahui bahwa ada pembicaraan melalui saluran telepon baru-baru ini, setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan telah terjadi kontak antara kedua belah pihak.
Yen Jepang menguat 0,34 persen menjadi 105,75 yen terhadap dolar AS, sehari setelah mencapai tertinggi dua setengah tahun. Yen telah naik 3,45 persen terhadap dolar AS tahun ini karena ketegangan perdagangan meningkat.
Di tempat lain, euro diperdagangkan sedikit lebih rendah pada 1,1090 dolar AS, tetapi turun dari posisi terendah sebelumnya karena pasar saham Italia menguat dengan harapan bahwa pemilihan cepat dapat dihindari dengan pengaturan untuk membentuk pemerintahan baru di Roma.
Poundsterling naik 0,6 persen terhadap dolar AS menjadi 1,2288 dolar AS, dan menguat sebesar 0,69 terhadap mata uang tunggal pada 90,24 pence, setelah pemimpin oposisi Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn, mengatakan dia akan melakukan segala yang diperlukan untuk mencegah Inggris meninggalkan Eropa tanpa kesepakatan perceraian pada 31 Oktober.
Sumber : medcom.id
Gambar : Market Bisnis
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]