Ada Sinyal Baik dari AS, Harga Minyak Rebound!
Harga minyak mentah dunia berbalik arah menguat setelah anjlok lebih dari 2%. Harga minyak terbantu oleh sentimen yang datang dari Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan hari Jumat (16/8/2019) pukul 10:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober menguat 0,65% ke level US$ 58,61/barel.
Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September naik 0,94%% menjadi US$ 54,98/barel.
Sehari sebelumnya (15/8/2019) harga Brent dan WTI ditutup amblas masing-masing sebesar 1,38% dan 2,1%. Minyak Brent digunakan untuk patokan pasar Asia dan Eropa, sementara WTI untuk pasar Amerika.
Satu katalis positif harga minyak ialah sentimen yang datang dari Amerika Serikat (AS).
Kemarin, AS mengumumkan penjualan ritel bulan Juli yang naik 0,7% secara bulanan (month-on-month/MoM), jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang turun 0,3% MoM. Selain itu, penjualan ritel bulan Juli juga merupakan yang paling tinggi sejak bulan Maret 2019.
Selain itu, inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun sudah tidak lagi terjadi. Yield untuk obligasi tenor dua tahun adalah 1,4734% sementara yang 10 tahun tercatat 1,5017%.
Sebelumnya, inversi yield (imbal hasil) sempat terjadi pada obligasi dua tenor tersebut. Kejadian tersebut menjadi sinyal kuat bahwa resesi ekonomi akan terjadi. Berdasarkan catatan sejarah, dari lima resesi yang pernah terjadi di AS, seluruhnya didahului oleh inversi yield obligasi pemerintah AS tenor 2 dan 10 tahun.
Namun, inversi telah sirna. Setidaknya hal itu bisa memberi harapan bahwa resesi kemungkinan tidak terjadi. Pertumbuhan ekonomi pun bisa terlihat lebih cerah.
Penjualan ritel yang bagus dan inversi yang lenyap menjadi salah satu pertanda bahwa konsumsi di AS masih baik dan bisa terus meningkat.
Alhasil ada harapan permintaan energi, yang salah satunya berasal dari minyak kembali meningkat.
Harga minyak juga masih terbantu oleh sinyal pemangkasan produksi lebih dalam yang bisa dilakukan oleh Arab Saudi.
Arab Saudi tengah berencana menekan ekspor minyak mentah ke bawah level 7 juta barel/hari pada bulan Agustus dan September, meskipun mengaku bahwa permintaan masih tetap tinggi.
Uni Emirat Arab (UEA) juga kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga pasokan minyak tetap rendah.
Menteri Energi UEA, Suhail al-Mazrouei mengatakan bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan bertemu pada tanggal 12 September 2019 di Abu Dhabi untuk meninjau ulang kondisi pasar minyak mentah global.
Dengan ini ada harapan bahwa OPEC+ (OPEC dan sekutunya) memangkas pasokan lebih dalam lagi.
Seperti yang telah diketahui, OPEC+ telah sepakat untuk memperpanjang masa pemangkasan pasokan 1,2 juta barel/hari hingga Maret 2020 mendatang.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]