Avril Lavigne: ‘Head Above Water’
Avril Lavigne mengalami masa berat dalam beberapa tahun terakhir. Ia bercerai dari suami keduanya, Chad Kroeger yang adalah personel Nickelback, dan ia divonis menderita Lyme. Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk merilis Head Above Water sejak Avril Lavigne (2013).
Sebagian besar pemberitaan Lavigne belakangan ini adalah tentang kehidupan pribadinya. Kini saatnya berbicara tentang musik, hal yang telah dilakukan Lavigne sejak 2002 ketika ia masih memakai eyeliner hitam tebal dan dasi kecil, meluncur di atas skateboard di pusat perbelanjaan dalam Sk8er Boi.
Head Above Water dibuka dengan lagu berjudul sama, emosional dan melelahkan. Lagu ini menonjolkan vokal Lavigne yang khas, namun agak sukar dimengerti mengapa ia menempatkan Head Above Water sebagai track pertama, karena I Fell In Love With The Devil bakal terasa lebih pas sebagai pembuka.
Birdie sebagai lagu kedua berhasil mempertahankan rasa frustasi yang timbul di Head Above Water. “Can you hear me? Are you listening? Set me free, set me free,” ujar Lavigne. Instrumen gesek di intro I Fell In Love With The Devil menunjukkan lebih banyak emosi yang ditampilkan Lavigne di album-album awal, kebingungan yang sama.
Dumb Blonde bersama Nicki Minaj muncul kemudian setelah Tell Me It’s Over, mengingatkan Lavigne pernah punya semangat memberontak sekitar sepuluh tahun lalu. Lantang, dengan gebukan drum yang menyambar, meledak-ledak, dipenuhi juga oleh suara gitar staccato, pemberontakan ala Girlfriend itu surut dalam It Was In Me, tipikal lagu yang akan diputar di radio-radio jelang tengah malam. Balada Lavigne masih tetap sama, It Was In Me seperti materi usang yang sudah lama teronggok.
Souvenir dengan cepat mencuri perhatian, modern dan menyenangkan, hook “Yeah yeah!” yang melodis dan suara gitar yang keras, menampilkan karakter keras kepala Lavigne. Tepat sasaran. Lavigne masih berkutat di pop rock yang stagnan di album keenam ini, ia terdengar gamang dalam rentetan 12 lagu di dalamnya.
Crush akan mengingatkan pada balada ala Miley Cyrus, sementara Goddess adalah track akustik seperti yang dapat dinyanyikan di teras rumah saat sore hari. Ada banyak hal yang menjadikan album Head Above Water terasa sangat biasa, bahkan terlalu biasa.
Masalahnya barangkali terletak di tren musik yang terus berputar. Kemungkinan, Lavigne terlalu terfokus pada kehidupan pribadi sehingga ia ‘terlambat’ menyadari apa yang terjadi. Album Head Above Water terdengar semestinya keluar beberapa tahun silam, tidak di 2019 karena sound dan musik Lavigne jadi terdengar ‘lazim’, dalam artian ia seperti mengalami kebingungan yang dirasakan oleh bintang-bintang pop lain setelah memiliki sejumlah megahit dan citra yang terbentuk selama bertahun-tahun.
“Dark times, hard times, I didn’t know who I was for a minute,” ujar Lavigne dalam Goddess.
Lavigne berusaha, tentu saja. Dalam lagu yang sama ia juga berkata, “He treats me like a goddess, he thinks I’m sexy in my pajamas, the more I am a hot mess, the more he goes bananas.” Lirik yang aneh. Goddess adalah gambaran tepat tentang kebingungan Lavigne.
Namun wanita ini masih terdengar optimis. Setelah segala yang dialaminya dalam beberapa tahun terakhir, tetap optimis terdengar bagai pilihan yang masuk akal. Setelah Goddess, ada Bigger Wow dan Love Me Insane, sebelum Warrior ditempatkan sebagai penutup. Lagu yang terakhir ini juga sekaligus menegaskan Lavigne akan terus berjuang.
Head Above Water tidak istimewa, beberapa lagu malah terdengar klasik, kalau tidak mau dibilang ‘begitu-begitu saja’. Ada sejumlah track yang cukup menghibur di sela kebosanan itu, namun perasaan lega menutup album ini melalui Warrior yang juga terasa Miley Cyrus. Tidak berlebihan, tetapi kuat. Andai lebih banyak lagu mempunyai kekuatan seperti Warrior, Head Above Water akan terdengar berbeda.
Sayangnya, ia tidak berhasil membuat balada seperti I’m With You, ataupun kebandelan yang cukup untuk menarik pendengar baru seperti dalam Hello Kitty atau Girlfriend. Semoga kehidupan berjalan baik untuk Avril Lavigne.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : WowKeren.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]