The Fed Kurang ‘Nyali’, Harga Emas Dunia Runtuh Seketika
Harga emas dunia tergelincir seiring dengan sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang tidak terlalu agresif dalam menurunkan suku bunga acuan.
Pada perdagangan hari Kamis (1/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Oktober di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) anjlok hingga 1,14% ke level US$ 1.415,5/troy ounce (Rp 637.202/gram).
Adapun harga emas di pasar spot terkoreksi 0,27% menjadi US$ 1.409/toy ounce (Rp 634.636/gram).
Di penutupan perdagangan sehari sebelumnya (31/7/2019) harga emas COMEX masih naik 0,15% sementara harga emas pasar spot anjlok 1,21%.
Penyebab keruntuhan harga emas adalah The Fed, yang ternyata menurunkan suku bunga dengan ‘malu-malu’.
Sebagaimana yang telah diketahui, dini hari waktu Indonesia tadi, Gubernur The Fed, Jerome Powell menurunkan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 2-2,25%.
Sejatinya penurunan suku bunga bisa berdampak pada pelemahan dolar karena meningkatkan likuiditas.
Namun pada kenyataannya, pelaku pasar menyikapi keputusan The Fed dengan kecewa.
Pasalnya, Powell berpidato di depan khalayak dengan nada-nada yang tidak lagi kalem (dovish). Bahkan terkesan galak (hawkish).
“Biar saya perjelas, ini bukan awal dari jalan panjang pemotongan suku bunga secara bertahap,” ujar Powell.
Nada-nada tersebut membuat keyakinan penurunan suku bunga agresif yang sebelumnya ada di benak pelaku pasar jadi menipis.
Sebelumnya, pelaku pasar sempat meyakini bahwa hingga akhir tahun 2019, The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak 3 kali atau 75 basis poin ke kisaran 1,5-1,75 %.
Mengutip CME Fedwatch pada hari Selasa (30/7/2019), probabilitas suku bunga acuan The Fed diturunkan ke kisaran 1,5-1,75% di akhir tahun 2019 mencapai 35%.
Akan tetapi kini probabilitas kasus tersebut hanya tinggal 6,9% saja. Kemungkinan paling besar, yaitu 43,2% adalah The Fed menahan suku bunga di kisaran 2-2,25% hingga akhir tahun 2019.
Tak ayal, dolar malah menguat pasca pembacaan keputusan penurunan suku bunga acuan. Ekspektasi pelaku pasar berubah, sehingga investor mulai berhitung ulang.
Pada pukul 09:00 WIB, nilai Dollar Index (DXY) yang merupakan cerminan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia menguat 0,3% ke posisi 98,8 yang merupakan tertinggi sejak 16 Mei 2019.
Karena tahu bahwa The Fed tidak akan terlalu jauh menurunkan suku bunga, risiko koreksi nilai aset berbasis dolar pun agak reda. Investor mulai berani mengoleksi aset-aset berbasis dolar, sehingga instrumen pelindung nilai (hedging) seperti emas ditinggalkan.
Penguatan dolar juga mengakibatkan harga emas dunia menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Hal itu terjadi karena saat ini emas di pasar global masih ditransaksikan dalam dolar.
Alhasil, daya tarik emas agak pudar dan terpapar aksi jual oleh investor.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Medcom.id
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]