IMF Sebut Dolar AS Kemahalan, Yen Langsung Unjuk Gigi
Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/7/19) melanjutkan penguatan Rabu kemarin.
Pada pukul 9:15 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 107,67/US$ atau menguat 0,23% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Namun tiba-tiba yen mendapat momentum penguatan dan terus berlanjut hingga pagi ini setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengatakan nilai tukar dolar kemahalan (overvalued) 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini, mengutip CNBC International.
Usai dinyatakan kemahalan, dolar langsung jeblok tidak hanya terhadap yen, tetapi juga terhadap mata uang utama lainnya.
Dolar sebenarnya sedang mendapat momentum penguatan sebelum Rabu kemarin akibat rilis data penjualan ritel AS yang apik. Dampaknya, mata uang yang dijuluki the greenback ini akhirnya menguat dua hari berturut-turut melawan yen.
Departemen Perdagangan AS pada hari Selasa (16/7/19) melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month, lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory masing-masing 0,1%.
Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni.
Data tersebut menjadi data bagus ketiga di bulan ini yang bisa membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertimbangkan berapa kali akan memangkas suku bunga di tahun ini.
Sebelumnya ada tenaga kerja dan inflasi Negeri Paman Sam yang dirilis lebih bagus dari prediksi. Dua data tersebut merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.
Namun meski data dari AS masih positif, tetap saja Gubernur bank sentral AS, The Fed, Jerome Powell tidak mengubah sikapnya. Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan “bertindak sesuai kebutuhan” untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Sikap Powell tersebut menjadi indikasi kuat suku bunga akan dipangkas akhir bulan nanti, sesuai dengan prediksi pelaku pasar. Tetapi sepertinya yang pelaku pasar masih ingin melihat gambaran lebih jelas, berapa kali sebenarnya bank sentral paling powerful di dunia ini akan melakukan pemangkasan di tahun ini.
Sementara itu data dari Jepang pagi ini menunjukkan ekspor turun dalam tujuh bulan beruntun hingga Juni lalu. Perang dagang AS-China dikatakan menjadi penyebab utama penurunan ekspor hingga 6,7% year-on-year di bulan lalu, angka tersebut lebih besar dibandingkan prediksi penurunan 5,8% oleh Reuters. Meski demikian, yen masih tetap bisa berjaya melawan dolar AS akibat pernyataan IMF.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : WordPress.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]