PBSI Kesulitan Cari Tunggal Putri Berjiwa Petarung
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Susy Susanti tidak menampik bahwa nomor tunggal putri masih tertinggal dan perlu waktu yang tidak cepat untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Susy Susanti bahkan mengakui bahwa tunggal putri harus bekerja keras untuk memperbaiki performanya.
Kepala pelatih Rionny Mainaky juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas performa dan prestasi pebulu tangkis tunggal putri Indonesia. “Saat ini tunggal putri yang harus ekstra kerja keras. Saya ingin memacu semangat mereka.
Saya bilang ‘saya nggak terima. Kita tuh bisa, bukannya nggak bisa, walaupun cuma satu orang, tapi bisa’. Bagaimana caranya menemukan yang satu orang ini,” ujar Susy Susanti. Susy mengatakan bahwa PP PBSI berharap kepada Gregoria Mariska Tunjung. Namun, performa Gregoria di lapangan masih jauh dari sempurna. Salah satu faktornya adalah karena Gregoria kurang disiplin dengan dirinya sendiri.
“Kami berharap di Gregoria, tapi dia masih on-off begitu. Kadang dia kalah dengan dirinya sendiri,” ucap Susy Susanti dilansir Kompas.com dari Badmintonindonesia.org. “Kurang jaga badan, dia harus disiplin sama diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya latihannya kepotong, kan susah,” lanjut Susy Susanti. Susy juga mengungkapkan bahwa pebulu tangkis tunggal putri harus berani di lapangan, siapa pun lawannya.
“Nekad dulu di lapangan. Harusnya berpikir dia atau saya yang mati? Berpikir seperti perang, kalau tidak melawan, ya kita yang akan mati. Itu yang kami terapkan, saya sendiri juga gemas,” kata peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Mindset ketika bertanding, dikatakan Susy menjadi salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang menjadi hambatan di lapangan saat bertanding. “Di lapangan itu harus kejar bola ke manapun, mungkin ini sepertinya sepele, tapi kan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa ‘ya sudah lah”. Nggak bisa kayak gitu kan, makanya mindset-nya harus diubah, sikapnya diubah,” ujarnya.
Progress perbaikan di tunggal putri membutuhkan waktu yang lama. Bahkan, Susy mengungkapkan dari 100 persen, perbaikan performa tunggal putri masih menyentuh angka 20-30 persen. “Ya, masih 20-30 persen, bahkan belum setengahnya. Salah satunya memang kurangnya materi pemain putri, kan bisa dilihat sendiri.
Tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, lalu sakit, bagus lagi, sakit lagi,” ujar Susy. PP PBSI juga terus mencari pebulu tangkis tunggal putri yang memiliki jiwa petarung dan berani di lapangan pertandingan. ” Kami berusaha kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung, bukan yang ‘ya sudah lah’.
Menang kalah nggak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, ngelawan,” pungkas Susy. Susy Susanti mengakui bahwa mencari pebulu tangkis yang memiliki potensi dan kemauan bukan perkara mudah. Meski sudah memberikan banyak masukan dan bimbingan, Susy Susanti menegaskan bahwa atlet itu sendiri yang akan menentukan nasibnya dan prestasinya.
Sumber : kompas.com
Gambar : beritagar
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]