Bank Sentral Australia Pertahankan Suku Bunga di Level Terendah
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan untuk menahan suku bunga pada level terendah dan memberikan sinyal pemangkasan dengan syarat jika tingkat pengangguran tidak kunjung menurun.
Keputusan RBA untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat 1,5%, mengirim dolar Australia pada posisi tertinggi selama sepekan.
Ajakan dari beberapa analis yang membujuk RBA untuk melonggarkan kebijakannya menjelang pertemuan dewan gubernur bank sentral bulan ini semakin riuh pascalaporan inflasi kuartal pertama yang berada di bawah target 2% – 3% bank sentral.
“Kami mengakui masih ada kapasitas cadangan dalam ekonomi dan bahwa peningkatan lebih lanjut di pasar tenaga kerja mungkin diperlukan agar inflasi konsisten dengan target. Atas dasar ini dewan gubernur akan memperhatikan perkembangan pada pasar lapangan kerja untuk pertemuan berikutnya,” ujar RBA mengenai kebijakan untuk menahan suku bunga pada Selasa (7/5/2019).
Pada saat yang sama, RBA menyampaikan pasar tenaga kerja terus menguat dan berharap agar tingkat pengangguran akan turun mencapai level 4,75% sampai dengan 2021 dari posisi saat ini sebesar 5%, yang bertahan selama enam bulan terakhir.
Keputusan ini disampaikan hanya 10 hari sebelum pelaksanaan pemilihan gubernur baru RBA, di mana Perdana Menteri Australia Scott Morrison ikut maju menjadi salah satu kandidat.
Analis mengharapkan adanya semacam stimulus fiskal terlepas siapa yang akan menang menjadi petinggi bank sentral.
“Setelah mencerna kata-kata dan kebijakan RBA, kita harus menghormati kesabaran dan sikap bank sentral yang enggan memotong suku bunga,” kata Annette Beacher, ahli strategi makro TD Securities yang berbasis di Singapura.
Mayoritas dari 42 ekonom yang disurvei oleh Reuters pada akhir April, termasuk Beacher, memperkirakan RBA akan menurunkan suku bunga dua kali pada akhir tahun ini.
RBA telah menoleransi inflasi di bawah target selama 16 dari 18 kuartal terakhir dengan mempertahankan suku bunga tidak berubah sejak Agustus 2016 karena indikator ekonomi lainnya termasuk tingkat pengangguran menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Pihak RBA mengakui bahwa harga konsumen terlihat lebih lemah daripada yang diperkirakan meskipun ada kemungkinan peningkatan secara bertahap.
Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan meningkat pada kisaran 2,75% tahun ini dan selanjutnya.
Salah satu alasan inflasi yang lebih lambat adalah akibat konsumsi rumah tangga yang tertekan, yang dipilih oleh RBA sebagai ketidakpastian domestik utama sebagai prospek dasar kebijakan ekonominya.
Data sebelumnya yang dirilis pada Selasa (7/5/2019) menunjukkan penjualan ritel naik 0,3% pada Maret lebih rendah dari realisasi pertumbuhan 0,9% pada Februari.
Sementara untuk kuartal pertama, penjualan turun 0,1%. Realisasi ini menunjukkan bahwa penjualan ritel tidak berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang mencapai 1,9 triliun dolar Australia pada kuartal I/2019.
Ini juga menambah bukti mendukung proyeksi pesimistis, mengingat pengeluaran rumah tangga menyumbang sekitar 57% dari total produk domestik bruto tahunan.
“Kesadaran dari bank sentral bahwa inflasi akan bertahan di bawah target 2%-3% persen untuk 2019 dan 2020 menandakan perlunya pelonggaran kebijakan lebih lanjut,” kata kepala ekonom Westpac, Bill Evans.
Sumber : bisnis.com
Gambar : Suara.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]